Ketum HMI Subang Kritik Pernyataan Cak Imin di Forum IKA PMII: “Tidak Tepat dan Merendahkan Sejarah”

Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Subang, Annas Ahmad Laduni
SUBANG – Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Subang, Annas Ahmad Laduni, menyampaikan keberatannya atas pernyataan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhaimin Iskandar dalam acara Pengukuhan Pengurus Besar Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB IKA PMII) di Hotel Bidakara, Jakarta, Minggu (13/7/2025).
Dalam forum tersebut, Muhaimin—yang akrab disapa Cak Imin—mengatakan, "Kalau ada yang tak tumbuh dari bawah, pasti bukan PMII, pasti itu HMI."
Pernyataan tersebut memicu reaksi dari Annas Ahmad Laduni, yang menilai ucapan tersebut tidak pantas dan mencederai semangat serta sejarah perjuangan HMI sebagai organisasi kemahasiswaan.
“Pernyataan Cak Imin sangat disayangkan. HMI lahir dari rahim mahasiswa yang aktif di ruang-ruang kelas kampus, bukan dari kekuasaan, apalagi istana,” ujar Annas dalam keterangan tertulisnya, Senin (15/7/2025).
BACA JUGA: MPLS Serentak, Yayasan Yasri Purwakarta Keluhkan Keputusan Gubernur 50 Siswa Per Rombel
Annas menegaskan, sejak didirikan pada 5 Februari 1947, HMI telah memainkan peran penting dalam perjalanan bangsa.
Organisasi ini hadir sebagai wadah kaum intelektual muda untuk mengawal pembangunan nasional dengan semangat keislaman dan keindonesiaan.
Ia juga mengutip dua tujuan utama pendirian HMI, yakni:
-
Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia;
-
Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam.
BACA JUGA: Roadshow di UPI Purwakarta, KPK: Plagiarisme Adalah Tindakan Korupsi
“HMI tidak lahir dari elite politik. Kami dibentuk untuk memperjuangkan cita-cita keislaman dan keindonesiaan. Kami tidak pernah menjadi budak istana. Justru kami adalah mitra kritis kekuasaan,” tegasnya.
Annas mengingatkan bahwa sebagai pejabat publik dan tokoh nasional, Muhaimin Iskandar seharusnya lebih bijak dalam menyampaikan pernyataan di ruang publik.
“Perbedaan sejarah dan kultur organisasi harus disikapi dengan saling menghargai, bukan dengan menebar dikotomi dan provokasi,” ujarnya.
Ia pun mendesak Cak Imin untuk segera memberikan klarifikasi serta meminta maaf kepada keluarga besar HMI atas pernyataan tersebut.
“Cak Imin harus mengklarifikasi pernyataannya dan meminta maaf,” pungkas Annas.
Pernyataan Muhaimin Iskandar ini pun menjadi perbincangan hangat di kalangan mahasiswa dan alumni organisasi pergerakan, yang menilai pentingnya menjaga etika komunikasi antarorganisasi demi menciptakan suasana solidaritas dan saling menghormati di tengah keberagaman gerakan mahasiswa.