BANDUNG-Direktur Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) PWI Pusat Ahmed Kurnia mengatakan bahwa, SJI ini diselenggarakan dengan tujuan merawat profesi wartawan, juga mentransfer ilmu tentang jurnalistik dari mulai jurnalistik foto, vidio, audio, infografis dan lain lain.
Ahmed Kurnia yang juga pernah menjadi wartawan Tempo, menjelaskan, perkembangan era digital dan medsos yang semakin serba cepat. Wartawan dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih, dalam arti, saat wartawan meliput dia harus mampu menjalankan fungsi jurnalisnya dengan multiskilled.
Selain bisa menulis, dia juga harus memotret dari berbagai sisi, mengambil vidio, merekam suara nara sumber, yang kemudian dilaporkan ke redaksi. "Tapi satu hal lagi yang cukup penting, soal data. Data harus valid dan akurat dari nara sumber yang kredibel. Karena data itu akan dijadikan bahan oleh redaksi untuk dijadikan infografis, agar pembaca lebih mudah memahami berita yang ditayangkan," kata Ahmded Kurania yang juga pernah meliput ke luar negeri.
Penyimpanan dan pengolahan data tadi, akan sangat mendukung kerja redaksi, saat membuat sebuah visualisasi infografis. "Nah ini semua ilmu yang disampaikan pada SJI ini, yang nanti harus diaplikasikan wartawan dalam kesehariannya, sehingga jurnalis itu memiliki integritas yang tinggi, berfikir kritis, multitasking dan berwawasan kebangsaan," tutur Ahmed.
Sementara itu, salahsatu pengajar di SJI angkatan 1 ini, Adek Media Roza, menyampaikan bahwa, di era digitalisasi dan multiflatform media, seorang jurnalis harus mampu mencari data, mengolah data yang kemudian dijadikan visualisasi infografis, kemudian ditayangkan ke publik, agar publik atau pembaca lebih memahami inti berita itu. "Nah bila seorang jurnalis mampu membuat berita yang didukung oleh data infografis, agar lebih menarik pembaca. Dan secara otomatis dia sudah multitasking atau multiskilled. Dengan demikian, SJI ini menyiapkan jurnalis yang handal dan kredibel," kata Adek, saat diwawancara.(dan/sep)