PURWAKARTA-Dosen dan Aktivis Cinta Tanah Air Dr. H. Srie Muldrianto, M.Pd., mengatakan, di era VUCA atau Volatility (volatilitas), Uncertainty (ketidakpastian), Complexity (kompleksitas), dan Ambiguity (ambiguitas) sekarang ini, sinisme terhadap Pancasila mulai mengemuka.
Di antara mereka mempertanyakan adakah Pancasila? Hal ini tak dapat dianggap remeh sebab kalau dibiarkan bisa menjadi bola liar yang ujung-ujungnya akan berdampak pada apatisme terhadap Pancasila.
Demikian disampaikan Srie Muldrianto atau yang akrab disapa dengan nama pena Asep Purwa ini saat menjadi narasumber pada Pembinaan Ideologi Pancasila dalam rangka Hari Lahir Pancasila bagi para pemuda dan pemudi yang digelar di Bale Maya Datar Kompleks Pemkab Purwakarta, Sabtu (1/6).
Kegiatan yang digelar Dinas Kepemudaan Olah Raga Parawisata dan Kebudayaan Kabupaten Purwakarta bekerja sama dengan Satuan Siswa Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila (SAPMAPP) Kabupaten Purwakarta ini dihadiri mahasiswa dan pelajar se-Kabupaten Purwakarta. "Sinisme terhadap Pancasila bukan tidak beralasan sebagaimana istilah tidak ada asap kalau tidak ada api. Tetapi bukan berarti sinisme itu benar. Ideologi dan pandangan dunia tidak identik dengan penganut ideologi," kata Asep Purwa.
Dirinya menganalogikan, banyak yang mengaku beragama tapi tidak mencerminkan perilaku orang beragama. Hal ini bukan berarti tidak ada agama, tetapi memang agama tidak dapat dibandingkan dengan Pancasila karena bukan bandingannya. "Agama seperti Islam memiliki sosok idola yang dijamin kebenarannya baik pikiran maupun perilakunya sebagai satu-satunya penafsir yang pasti benar yaitu Nabi Muhammad SAW. Sedangkan sosok manusia Pancasila?" ujarnya menanyakan.
Inilah, kata dia, yang harus disadari oleh semua, sejatinya para pemimpin dapat menjadi suri teladan bagi terwujudnya Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kepala negara dan kepala pemerintahan mengemban tugas berat ini.
Keputusan Presiden No. 24 Tahun 2016 terkait Hari Lahir Pancasila menetapkan bahwa 1 Juni 2016 sebagai hari lahirnya Pancasila. Kedua, 1 Juni merupakan hari libur nasional dan ketiga, pemerintah bersama seluruh komponen bangsa dan masyarakat Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni.
Kepres No. 24 menunjukkan pentingnya Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air, di lain pihak pelanggaran moral dan hukum oleh aparat pemerintah, politisi, dan warga bangsa membuat sebagian orang apatis terhadap Pancasila. "Pancasila hanya dijadikan simbol dan artistik hiburan di ruang publik padahal kenyataannya nol. Begitu kira-kira kekecewaan sebagian orang," ucap Asep Purwa.
Oleh karena itu, sambungnya, pentingnya upaya yang terus menerus dan berkelanjutan agar Pancasila hidup dan hadir di ruang publik sehingga semua merasakan keberadaannya. "Sejatinya Pancasila dijadikan sebagai skenario atau peta jalan menuju Indonesia Emas 2045. Untuk itu, perlunya upaya terus menghidupkan Pancasila agar tetap eksis dan ada dalam pikiran, sikap, dan perilaku para pemimpin dan seluruh warga negara Indonesia," katanya.(add/sep)