SUBANG-Puskesmas Cibogo mencatat peningkatan jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) akhir-akhir ini. Hingga bulan Mei 2024 ini sudah ada 25 kasus DBD di Kecamatan Cibogo. Sementara pada 2023 tercatat ada 26 kasus DBD.
Menurut Dr. Sugianto MM.Kes menyampaikan, tercatat kasus DBD tahun ini lebih cepat dari pada tahun sebelumnya. Tahun 2023 tercatat satu tahun mencapai 26 kasus dan tahun ini tercatat selama lima bulan mencapai bulan Mei terdapat 25 kasus.
"Kasus yang cepat terdeteksi ini tercatat cepat meningkat pada akhir tahun dan awal tahun," katanya kepada Pasundan Ekspres Senin (6/5).
Ia mengatakan, upaya yang dilakukan agar kasus tersebut tidak terus bertambah yakni dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan mengedukasi kepada masyarakat.
"Kasus yang semakin meningkat di tahun ini tercatat akan semakin melonjak 2 kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. Kemungkinan di akhir tahun nanti akan ada lonjakan yang cukup tinggi," tuturnya.
Ia mengatakan, Puskesmas Cibogo terus melakukan iimbauan kepada masyarakat untuk melakukan pencegahan sarang nyamuk yang terdampak di rumah.
"Pemberantasan dapat dilakukan di genangan air selokan hingga air yang berada di kamar mandi," jelasnya.
Ia mengajak masyarakat selalu menjaga kebersihan air di rumah dengan membersihkan bak mandi selama tiga hari sekali.
Sementara itu, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Subang, kasus DBD di Subang tembus 1.097 kasus selama empat bulan, dari Januari hingga April 2024. Terdiri dari 557 penderita laki-laki dan 539 penderita perempuan, dengan jumlah 18 kematian selama kurun waktu 4 bulan.
Secara rinci, bulan Januari sebanyak 373 kasus DBD dengan 3 kematian. Februari 318 kasus dengan 5 kematian. Maret sebanyak 306 kasus dengan 10 kematian. Lalu April 100 kasus dan tidak ditemukan kematian.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, dr. Maxi mengatakan, DBD di Subang ini endemic ada sepanjang tahun. Dengan kasus yang naik turun pada musim-musim tertentu.
“Pada saat musim pancaroba kira-kira bulan November sampai April itu pasti ada peningkatan, kemudian Mei sampai Agustus itu landai. Tapi di akhir tahun bulan Oktober sampai Desember sudah mulai naik lagi,” katanya.
Dia menjelaskan, pada saat pancaroba itu wadah-wadah yang bisa menampung air akan terisi dan menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
Karena kasus DBD ini endemic, Maxi mengimba agar budaya pemberantasan sarang nyamuk ini menjadi kegiatan yang rutin dan dilakukan oleh semua pihak.
“Penanganan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Subang harus melibatkan semua komponen daerah,” tuturnya.
Menurutnya, dengan penanganan secara bersama-sama baik dari unsur pemerintah dan masyarakat, maka ke depan diharapkan tidak ada lagi korban jiwa akibat DBD.
“Tidak hanya Dinas Kesehatan tetapi juga semua dinas, semua perangkat daerah di tingkat kecamatan maupun desa harus bahu-membahu supaya bisa memutus rantai penularan DBD,” terangnya.
Dokter Maxi menegaskan, rantai penularan ini faktornya adalah nyamuk. Hal inilah yang menjadi konsen semua pihak terkait untuk memberantas sarang nyamuk dan bisa mengendalikan DBD.(znl/ysp)