Daerah

Begini Keindahan Peradaban Muarajambi yang Penuh Sejarah

Begini Keindahan Peradaban Muarajambi yang Penuh Sejarah

PASUNDAN EKSPRES - Muarajambi merupakan kawasan Cagar Budaya yang terletak di tepian aliran Sungai Batanghari yang berhulu di Pegunungan Bukit Barisan dan bermuara di pantai timur Jambi. 

Peninggalan purbakala di kawasan ini mencakup kompleks percandian, situs permukiman kuno, serta sistem jaringan perairan masa lalu. 

Keindahan Peradaban Muarajambi yang Penuh Sejarah 

Cakupan lokasi Kawasan Cagar Budaya Muarajambi meliputi delapan desa, yaitu Desa Muara Jambi, Desa Danau Lamo, Desa Dusun Baru, Desa Kemingking Luar, Desa Kemingking Dalam, Desa Dusun Mudo, Desa Teluk Jambu, dan Desa Tebat Patah. Desa-desa tersebut berada di wilayah Kecamatan Maro Sebo dan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi.

Bersama kunjungan Najwa Shihab ke Muarajambi dalam konten YouTubenya 'Menelusuri Peradaban yang Hilang Di Muarajambi', pada perkembangan terbaru, penelitian di Kawasan Cagar Budaya Muarajambi menemukan beberapa peninggalan-peninggalan baru yang berhasil membalikkan pemahaman sebelumnya tentang sejarah dan kronologi Kerajaan Melayu Kuno Muarajambi.

BACA JUGA: Jadwal Tayang Film "Twisters" di Bioskop NSC Subang Rabu, 10 Juli 2024

BACA JUGA: Lanud Suryadarma Peringati Hari Bakti Angkatan Udara ke-77, Gelar Acara Bakti Sosial

Salah satu temuan terbaru adalah sebuah Arc Budha yang diduga berasal dari abad yang tua. 

Para peneliti di Muarajambi melakukan investigasi arkeologi dengan menemukan bukti-bukti atau gejala-gejala semacam ekovak untuk digunakan sebagai rekontruksi apa yang terjadi di masa lalu.

Saat melakukan investigasi arkeologi, tim biasanya akan menemukan berbagai jenis bukti, baik berupa benda-benda peninggalan maupun gejala-gejala lingkungan yang dapat membantu merekonstruksi apa yang terjadi di masa lalu di lokasi tersebut.

Ketika melakukan penggalian arkeologis, semakin dalam tim menggali, maka semakin tua lapisan-lapisan tanah yang ditemukan. Para arkeolog selalu menekankan untuk terus menggali dan mengekskavasi hingga mencapai lapisan paling dasar, di mana tidak ditemukan lagi sisa-sisa aktivitas manusia.

Dalam proses penggalian tersebut, apabila ditemukan lapisan arang-arang, maka dapat dilakukan analisis karbon untuk mengetahui usia dari temuan tersebut. Misalnya, analisis karbon menunjukkan bahwa arang-arang tersebut berasal dari abad ke-6.

Temuan ini mengindikasikan bahwa kawasan atau situs tersebut telah dihuni atau dimanfaatkan oleh manusia selama jangka waktu yang panjang, yakni dari abad ke-6 hingga abad ke-13, atau hampir selama 600 tahun.

Hal serupa juga ditemukan di Candi Kota Mahligai, di mana sebelumnya diperkirakan situs tersebut berasal dari abad ke-7 hingga abad ke-12.

Namun, setelah dilakukan penggalian lebih dalam dan analisis karbon, ternyata peradaban di situs tersebut lebih tua, yaitu sejak abad ke-6, dan berlangsung hingga abad ke-13.

Dalam proses penggalian, tim seringkali menemukan berbagai artefak, termasuk arca Buddha. Misalnya, arca Buddha yang ditemukan di Candi Kota Mahligai menunjukkan ciri-ciri gaya Gupta, seperti telinga yang panjang, rambut yang keriting, dan bentuk bibir yang khas.

 

(ipa)

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua