Spiritualitas Pemimpin dan Masa Depan Purwakarta

Spiritualitas Pemimpin dan Masa Depan Purwakarta

Muhammad Awod Faraz Bajri

Jabatan dan kekuasaan bukanlah salah satu kursi kepemimpinan untuk hidup bermewah-mewahan dengan berbagai fasilitas, yang mana fasilitasnya bersumber dari pajak masyarakat. 
Pemimpin yang bersih tidak memiliki sikap firaunisme, akuisme, dan vested interest. 

Akhlak seorang pemimpin telah digariskan bahwa jabatan dan kepemimpinan adalah amanat dan bukan hak. Oleh karena itu seorang pemimpin tidak boleh sewenang-wenang mengunakan amanah untuk kepentingan pribadi, golongan, apalagi  menyalahgunakan kekuasaan. 

Sebagai pengemban amanah rakyat, pemimpin tidak boleh mengambil keputusan secara pribadi menurut ukuran dirinya sendiri. Pemimpin yang berkarakter dan amanat akan menjadi mata air yang terus mampu memompa spirit pencerahan dan komitmen bagi seluruh warga. 

Dan ruh seperti itu yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita manakalah pemimpin berada dalam gejolak dan ketidakpastian, bahkan Ibnu Qayyim seorang ulama besar mengatakan bahwa karakter pemimpin seperti itu akan mampu menghadirkan harapan bagi masyarakat kita untuk keluar dari krisis multidimensi.

Pemimpin yang cerdas berani menyampaikan kebenaran dan tidak takut memberantas korupsi, tidak bekerjasama dengan koruptor, tidak terlibat dalam kasus kasus kriminal, utang-piutang, serta bersikap tegas terhadap perbuatan munkar. 

Pemimpin, harus mempunyai akidah yang kuat, sadar dengan tugas dan tanggung jawab, dan harus memiliki kecerdasan dan kecerdikan, sehingga dapat mencari jalan keluar dari berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat, mengatasi masalah dengan bijaksana, arif dalam mengambil keputusan, serta memiliki integritas pribadi yang kuat.

Dalam memajukan dan membangkitkan sebuah daerah dari krisis multidimensi yang akut, maka diperlukan sebuah terobosan radikal dari seorang pemimpin untuk menjadikan nilai-nilai spiritualitas sebagai modal utama dalam menjalankan kekuasaan demi kebangkitan masyarakat kedepan, sebab tanpa menjadikan nilai-nilai spiritualitas, kemungkinan besar sebuah daerah akan sulit melakukan lompatan besar, keterpurukan sebuah daerah, karena nilai-nilai spiritual sudah ditinggalkan. Spiritualitas menjadi agenda yang sangat inti dari cita cita pembangunan sebuah daerah 

Masyarakat kita harus kembali kepada jati diri yg hakiki, dan itu semua harus dilakukan serta dimulai dari suri tauladan para pemimpinnya, tanpa adanya kesadaran dari pemimpinnya maka tidak menutup kemungkinan sebuah daerah akan sulit untuk melakukan perubahan yang signifikan terutama perbaikan moral dan kesejahteraan masyarakat. 

Maka sudah seharusnya pemimpin purwakarta ke depan melakukan terobosan- terobosan yang konstruktif untuk menghantarkan purwakarta kepada nilai spiritualitas dan karakter. Masyarakat berharap dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Purwakarta 2024 masyarakat bisa mendapatkan pemimpin yang benar-benar amanah dan tulus dalam membangun peradaban purwakarta menjadi lebih baik.(*)


Berita Terkini