PASUNDAN EKSPRES - Dalam keinginan manusia untuk mencapai kemakmuran finansial, Abdurrahman bin Auf, seorang sahabat Rasulullah SAW, menawarkan sebuah narasi yang menarik.
Meskipun kekayaan tampak menjadi tujuan yang diidamkan oleh banyak orang, Abdurrahman bin Auf menjadi contoh yang menarik karena gagal dalam mencapai keinginannya untuk hidup sederhana.
Abdurrahman bin Auf, seorang tokoh yang kaya raya, memilih jalan sebaliknya dengan keinginan kuat untuk hidup dalam kesederhanaan.
Motivasi tersebut didorong oleh ketakutannya terhadap beban harta benda di akhirat. Sebagai sahabat Rasulullah, dia dikenal karena keteguhan hatinya dalam bersedekah.
Lahir di Makkah pada tahun ke-10, tahun Gajah, atau sekitar tahun 581 M, Abdurrahman bin Auf memiliki perjalanan hidup yang penuh warna.
Dalam buku 'Dahsyatnya Ibadah, Bisnis, dan Jihad Para Sahabat Nabi yang Kaya Raya' karya Ustadz Imam Mubarok bin Ali, usianya dikatakan lebih muda daripada Rasulullah seperti yang dikutip dari detik finance pada Selasa 12 Maret 2024.
Nama aslinya, Abdu Amru, diganti oleh Rasulullah menjadi Abdurrahman.
Seperti sahabat-sahabatnya yang lain, Abdurrahman juga mengalami tantangan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy saat pertama kali memeluk Islam.
Namun, keteguhannya dalam keyakinan tidak tergoyahkan.
Setelah hijrah ke Madinah, Abdurrahman meninggalkan seluruh kekayaannya di Mekkah. Meskipun tiba di Madinah tanpa harta, dia tidak putus asa.
Rasulullah mempersaudarakannya dengan Sa'ad bin al-Rabi' al-Anshari, yang menawarkan bantuannya dalam bentuk harta. Namun, Abdurrahman menolak dan memilih untuk memulai usaha dagang sendiri.
Dengan kreativitasnya, Abdurrahman mengembangkan sebuah pasar baru di Madinah. Dia membeli tanah murah di sekitar pasar dan membaginya menjadi petak-petak kecil untuk dijual kepada para pedagang.
Dengan sistem bagi hasil yang adil, pasar tersebut menjadi populer dan menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat.
Meskipun usahanya sukses dan kekayaannya bertambah, Abdurrahman terus berusaha untuk hidup sederhana.
Dia merasa khawatir akan kemantapan imannya jika terlalu banyak terikat pada harta dunia. Namun, upaya-upaya Abdurrahman untuk hidup dalam kesederhanaan selalu berakhir dengan kegagalan.
Bahkan ketika dia menyedekahkan sebagian besar harta bendanya dan memberikan sumbangan besar untuk kepentingan umat Islam, harta kekayaannya justru terus bertambah.
Meskipun berharap untuk hidup dalam kemiskinan, Abdurrahman terus menerima limpahan kekayaan dari Allah SWT.
Bagi Abdurrahman, warisan terbesar yang bisa dia tinggalkan bukanlah harta benda, melainkan ajaran Islam dan teladan yang diterima dari Rasulullah SAW.
Kehidupannya yang penuh dedikasi untuk Islam dan kebaikan membuatnya dicintai oleh banyak sahabat lainnya.
Abdurrahman bin Auf meninggal pada usia 75 atau 72 tahun, pada tahun 31 H atau 32 H. Dia dimakamkan di pemakaman Baqi, mengikuti wasiatnya, dan meninggalkan 28 anak laki-laki dan 8 anak perempuan.
Kehadirannya di antara sepuluh sahabat nabi yang dijamin masuk surga menjadi bukti pengabdian dan kebesaran hatinya dalam memperjuangkan agama Islam.
(hil/hil)