PasundanEkspres - Pertumbuhan industri game lokal pada 2024 menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Lalu, bagaimana prospeknya di tahun 2025?
Ketua Umum Asosiasi Game Indonesia (AGI), Shafiq Husein, memperkirakan bahwa distribusi game karya pengembang Indonesia akan semakin meluas di tahun mendatang. Dalam konteks ini, platform PC tetap menjadi pilihan utama bagi studio game di Tanah Air.
"Rata-rata memang lebih ke PC dan konsol. Sebenarnya ini sederhana, karena tren game premium memang sangat jelas arahnya. Berbeda dengan model free-to-play atau freemium yang biasa ditemukan di mobile," ujar Shafiq dalam konferensi pers Indonesia Game Festival 2024 di Flix Cinema, Jakarta, Kamis (28/11/2024).
Shafiq menjelaskan bahwa proses bisnis dan pengembangan game premium lebih sederhana. Setelah pengembang menyelesaikan tahap pembuatan konsep (deck) dan demo, mereka dapat langsung mencari penerbit (publisher). Ketika publisher tertarik mendanai proyek tersebut, pengembang akan melanjutkan proses pengembangannya.
"Jadi ada pihak yang membantu menjual game, tetapi mereka juga memberikan modal untuk menyelesaikannya. Bagi beberapa pengembang, metode seperti ini cukup efektif," tambahnya.
Meski begitu, Shafiq mengakui bahwa dari sisi pendapatan, game mobile multiplayer online lebih menguntungkan dibandingkan dengan game PC dan konsol. Hingga saat ini, platform mobile masih mendominasi pasar industri game.
Namun, fakta bahwa banyak pengembang tidak menargetkan pasar game mobile bukan berarti mereka tidak mampu mengembangkannya. Salah satu alasan yang diungkap adalah karena kompleksitas dalam menyediakan pembaruan konten secara berkelanjutan, seperti yang biasanya dilakukan oleh game mobile multiplayer online.
"Benar, mungkin salah satu alasannya adalah karena pembaruan konten. Game premium lebih sederhana, pembeliannya satu kali selesai. Sedangkan di mobile, ada pembaruan konten, ada monetisasi, dan itu lebih kompleks. Tapi, uang yang dihasilkan sebenarnya lebih besar. Masalahnya tinggal bagaimana pengembang ingin mendapatkan uangnya," ujar Shafiq.
Selain itu, Shafiq menambahkan bahwa banyak pengembang baru yang mungkin belum siap untuk langsung menyusun rencana jangka panjang seperti itu. Oleh karena itu, banyak yang memulai dengan proyek berskala kecil untuk platform PC.
Ke depan, Shafiq memprediksi perubahan minat gamer tidak terletak pada platform, tetapi pada status gamenya. Ia memperkirakan bahwa game premium akan semakin diminati dibandingkan model free-to-play.
"Dari yang saya dengar, Google dan Apple sekarang lebih agresif mempromosikan game premium untuk ditempatkan di Play Store atau App Store. Pengguna mereka sudah memiliki daya beli dan mulai tertarik membeli game premium. Jadi, kemungkinan besar trennya akan bergerak ke arah tersebut," pungkas Shafiq.