Oleh: Drs H Priyono MSi
Drs.H.Priyono,M.Si (Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta )
Perintah puasa dalam islam baru dimulai pada bulan Sya’ban tahun ke 2 setelah Nabi Muhammad saw berhijrah dari kota Mekah ke Madinah, sekitar tahun 624 M dan perintah Allah itu difirmankan dalam QS Al-Baqarah 183 yang menjadi dasar puasa dan tujuannya. Puasa sudah diperintahkan sejak nabi Nuh AS sehingga dalam surah itu ada kalimat sebagaimana diwajibkan orang sebelum kamu. Kini, puasa kita tahun ini 1446 H tinggal menghitung hari dan pertanyaan mendasar berikutnya adalah :apa yang membekas dalam diri kita mulai dari perkataan , sikap sampai perbuatan kita setelah digembleng dalam madrasah atau bulan pendidikan selama satu bulan? Proses ritual yang berupa ibadah puasa dan ibadah pelengkapnya telah dilakukan dengan baik menurut tuntunan, tinggal hasilnya harus bisa membekas di bulan berikutnya seusai berlalunya bulan penuh rachmat dan ampunan. Suasana ibadah di bulan puasa memang sangat jauh berbeda dibanding bulan lain, semangat beribadah berbanding lurus dengan bulan suci, bersemangat yang luar biasa mulai dari ibadahnya, shadakahnya, memburu ilmu, membaca dan mengkaji Al Qur’an bahkan bisa dikatakan tiada hari tanpa kebaikan. Berhasil atau tidaknya puasa bisa dilihat dari tujuan diperintahkan puasa itu untuk apa dan apakah kita sudah mencapainya. Allah memerintahkan puasa pada manusia, tidak sebarang manusia karena puasa itu sangat berat maka hanya orang yang beriman yang punya kewajiban puasa dan tujuannya agar manusia yang beriman meningkat derajat kemanusiaannya menjadi manusia paripurna yaitu manusia bertakwa. Takwa adalah bekal yang paling baik saat menghadap Allah swt. Allah swt telah memberikan petunjuk tentang puasa , yang diabadikan dalam QS Al-Baqarah ayat 183,184,185 dan 187 yang terkait dengan perintah, proses dan tujuan, kebijakan keringanan untuk boleh tidak berpuasa dan etika berpuasa agar senantiasa manusia dalam keadaan syukur setiap saat.
Kualitas hasil ibadah amat banyak faktor penentunya, termasuk didalamnya pemahaman filosofi beribadah yang melekat dalam dirinya. Khasanah islam mengajarkan bahwa ilmu yang kita miliki harus memiliki manfaat kepada alam seisinya artinya harus diamalkan, itulah ilmu yang bermanfaat dan bentuk amalan itu harus memiliki dasar ilmu, kemudian keduanya harus didasari keikhlasan, hanya kepada Allah , kita beribadah sesuai dengan tuntunan dalam Al Qur’an Surah Al An’am ayat 162 : “katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam”. Itulah klimaks manusia beribadah.
Kata kunci takwa itu yang jadi perhatian karena jadi penghujung surah perintah puasa. Apa ciri orang yang bertakwa ? Allahpun memberi petunjuk dalam sebuah firmannya dalam QS Ali Imran ayat 133-136 bahwa ciri orang yang bertakwa adalah orang yang berinfak baik di waktu nlapang maupun sempit, dan orang yang menahan amarahnya, memaafkan kesalahan orang lain dan orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri segera mengingat Allah lalu memohon ampun atas dosa dosanya. Ayat tersebut memadukan antara hubungan manusia dengan TuhanNYA dan hubungan antara manusia dengan sesamanya, Jadi bersifat komprehensif atau menyeluruh. Manusia harus berhubungan baik dengan Tuhannya tetapi juga memiliki hubungan mesra dengan sesama. Oleh karena itu dalam ayat itu juga diselipkan pesan Tuhan : Allah mencintai orang yang berbuat baik.
Perintah puasa demikian juga larangannya memiliki dimensi ganda, yaitu dimensi ke Tuhanan dan dimensi sosial karena manusia selama hidup selalu berinteraksi dengan sesamanya bahkan lingkungannya. Perintah sedekah dan zakat selama ramadhan juga memiliki dimensi sosial yang erat karena mengajarkan pada kepeduliaan terhadap orang lain dan menyadarkan kepada kita bahwa sebagian harta yang kita miliki adalah hak orang lain.Sifat kedermawanan atau filantropi dalam islam selalu diajarkan dan didengung dengungkan.
Sedekah dan zakat yang menjadi tuntunan Rosul dalam mengisi ramadhan, adalah cara islam untuk memupuk ukhuwah,kepedulian sesama manusia dan sekaligus memupuk kesetiakawanan serta memperkecil perbedaan si kaya dan si miskin. Rosulullah bersabda : “ Setiap hari dua Malaikat turun kepada seorang hamba, sedangkan keutamaan menolong saudara seiman, Rosulullah bersabda: Allah menolong hambaNya selama ia menolong saudaranya “( HR Muslim).
Oleh karena itu seusai ramadhan, kita selalu bercermin diri dengn menggunakan QS 3:133-136 , kita harus ringan tangan, suka membantu saudara sudara kita yang membutuhkan baik yang yang dekat maupun yang jauh, kita mengulurkan tangan terlebih dahulu untuk memberi maaf sebelum mereka minta maaf, membiasakan diri bisa menahan amarah dan segera ingat kepada Allah dan mohon ampun ketika berbuat dhalim.
Masih punya waktu 11 bulan mendatang, saatnya kita implementasikan sifat kita selama ramadhan kepada bulan bulan berikutnya sebagai bukti bahwa puasa kita, ibadah kita selama bulan suci memberi perubahan yang berarti, memberi bekas pada hati kita sehingga merubah menjadi akhlak dan perilaku yang baik. Itulah buah dari ibadah puasa kita. Semoga ibadah puasa kita dan ibadah yang melekat dengan puasa kita diterima di sisi Allah swt sehingga memiliki dampak yang berarti bagi kehidupan pribadi kita dan lingkungan baik keluarga maupun lingkungan yang lebih luas. Rosul bersabda bahwa kenikmatan orang yang berpuasa adalah ketika berbuka dan ketika menghadap sang pencipta Allah swt dan Allah swt mencintai umatnya yang beribadah secara istiqomah atau ajeg. Semoga !(*)