Perlu Tindakan Pencegahan, Kasus DBD Melonjak di Subang Jadi Ancaman Serius

KASUS DBD: Kadinkes Subang dr. Maxi saat mengikuti rapat di Pemda Subang beberapa waktu lalu. Dia menjelaskan mengenai tinggi kasus DBD.
SUBANG-Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi ancaman serius di Kabupaten Subang. Data yang dirilis oleh Dinas Kesehatan Subang menunjukkan lonjakan signifikan jumlah kasus dalam dua tahun terakhir, dengan puncaknya terjadi pada tahun 2024.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, dr. Maxi, menyerukan pentingnya tindakan preventif, terutama di musim peralihan yang memicu peningkatan populasi nyamuk aedes aegypti.
Pada tahun 2023, tercatat 618 kasus DBD dengan 7 orang meninggal dunia. Namun, angka ini melonjak drastis pada tahun 2024 dengan total 1.929 kasus dan 25 korban meninggal dunia tiga kali lipat dari tahun sebelumnya.
Di tahun 2025, meski baru memasuki triwulan pertama, sudah terdapat 170 kasus dengan 1 korban meninggal dunia.
BACA JUGA: Bongkar Kasus Korupsi Urusan Perikanan, Kejari Purwakarta Tetapkan Tujuh Tersangka
Secara rinci, pada tahun 2023 jumlah kasus tertinggi terjadi pada bulan Desember (102 kasus), disusul Juli (82 kasus) dan Maret (59 kasus). Angka kematian tersebar di bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, dan Desember, masing-masing dengan satu hingga tiga kematian.
Kemudian pada tahun 2024, kondisi lebih mengkhawatirkan terlihat dari lonjakan kasus pada awal tahun. Januari mencatat 373 kasus dengan 3 kematian, Februari 318 kasus dengan 5 kematian, dan Maret 306 kasus dengan 10 kematian—menjadikan Maret sebagai bulan dengan jumlah kematian tertinggi.
Pada tahun 2025, meskipun lebih rendah, awal tahun 2025 tetap menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Januari 44 kasus, Februari 86 kasus dengan 1 kematian, dan Maret 40 kasus.
Menanggapi lonjakan ini, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, dr. Maxi, menyampaikan perlunya tindakan pencegahan yang konsisten dari masyarakat. Ia menyoroti pentingnya penerapan 3M Plus sebagai strategi utama dalam memberantas sarang nyamuk.
BACA JUGA: Satresnarkoba Polres Subang Ungkap Peredaran Sabu dalam Bungkus Bumbu Masak
“DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue,” terangnya.
Menurutnya, kondisi cuaca yang tidak menentu dan curah hujan yang fluktuatif menjadi pemicu berkembang biaknya nyamuk. Oleh karena itu, gerakan 3M Plus harus digalakkan.
“Menguras tempat penampungan air secara rutin, Menutup rapat semua wadah air dan Mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air hujan,” jelasnya.
Tambahan pencegahan lain seperti penggunaan obat nyamuk, pemasangan kawat anti-nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik, serta mengenakan pakaian tertutup juga dianjurkan.
Dokter Maxi menegaskan pentingnya keterlibatan aktif masyarakat dalam program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
“Partisipasi masyarakat sangat penting dalam memutus mata rantai penularan DBD. Dengan gotong royong dan penerapan 3M Plus secara rutin, kita bisa menekan angka penyebaran,” tegasnya.
Sebagai langkah edukasi, Dinas Kesehatan Subang telah melakukan sosialisasi secara intensif melalui posyandu, puskesmas, dan berbagai media.
Edukasi ini, kata Maxi, bertujuan membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, tidak hanya di rumah, tetapi juga di ruang publik.