PASUNDAN EKSPRES - Presiden Vladimir Putin bersiap untuk memasuki periode kepresidenan yang baru di Rusia seiring dengan pelaksanaan pemilihan umum yang dijadwalkan pada tanggal 15-17 Maret 2024.
Ini terjadi pada saat konflik berkelanjutan antara Rusia dan Ukraina memasuki tahun ketiga.
Putin telah memegang jabatan presiden Rusia selama lebih dari dua dekade, dan pertanyaannya adalah bagaimana kepemimpinannya memengaruhi perang dan hubungan Rusia dengan negara lain.
BACA JUGA:Rekapitulasi Suara Nasional Menunjukkan Kemenangan Prabowo-Gibran di 21 provinsi
Berdasarkan laporan dari Associated Press, dalam kampanye pemilu ini, Putin berfokus pada janji untuk menyelesaikan situasi di Ukraina, yang ia gambarkan sebagai perjuangan melawan kepentingan Barat demi keberlangsungan hidup Rusia dan penduduknya yang mencapai 146 juta jiwa.
Dalam pidato kenegaraannya bulan lalu, Putin menyalahkan Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya atas keinginan mereka untuk mengurangi pengaruh Rusia dan menggantikannya, sehingga memungkinkan mereka melakukan tindakan sesuka hati.
Dia mengulangi argumennya bahwa intervensi militer Rusia di Ukraina dimotivasi oleh kebutuhan untuk melindungi penutur bahasa Rusia di wilayah timur Ukraina dan untuk menghalangi ancaman potensial bagi keamanan Rusia yang bisa muncul jika Kyiv bergabung dengan NATO.
Meskipun Ukraina dan sekutunya mengecam invasi Rusia sebagai tindakan agresi yang tidak beralasan, Putin mempertahankan narasi bahwa pasukan Rusia telah menunjukkan keunggulan, terutama setelah kegagalan serangan balasan Ukraina tahun lalu.
Seperti yang dikutip dari CNBC Indonesia pada Jumat, 15 Maret 2024, Putin juga menjanjikan penghargaan kepada pasukan yang bertempur di Ukraina, sambil menjanjikan untuk membuat mereka menjadi elit militer baru Rusia.
Di sisi lain, informasi tentang kerugian militer Rusia dalam perang tersebut telah dirahasiakan, dan media pemerintah hanya memberitakan keberhasilan Moskow, sehingga publik Rusia memiliki pemahaman yang terbatas tentang kenyataan di medan pertempuran.
Selain aspek militer, kekuasaan Putin di Rusia juga didukung oleh kondisi ekonomi negara tersebut.
Meskipun menghadapi sanksi dari Barat, ekonomi Rusia telah menunjukkan ketahanan yang signifikan.
IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 2,6% tahun ini, lebih tinggi dari rata-rata di Eropa.
Industri militer juga telah menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi, sementara investasi pemerintah dalam program sosial seperti subsidi hipotek dan layanan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan popularitas Putin di antara rakyatnya.
Dalam hal kebijakan luar negeri, kemenangan yang diperkirakan akan diraih oleh Putin dalam pemilihan umum ini diperkirakan akan menghasilkan pendekatan yang lebih agresif dari Rusia.
Mungkin akan terjadi peningkatan dalam retorika perang dan penindasan terhadap oposisi domestik.
BACA JUGA:Keterlambatan CPNS 2024 Terancam karena 14 Pemda
Selain itu, Rusia dapat memperdalam perpecahan di Barat melalui propaganda dan disinformasi serta memperkuat hubungan dengan negara-negara seperti China, India, dan negara-negara di kawasan Selatan sebagai tanggapan atas apa yang dianggap sebagai agresi dari Barat.
(hil/hil)