PASUNDAN EKSPRES - Sebanyak 1.900 karywan Microsoft dari anggota tim di divisi game-nya di PHK atau dirumahkan melalui memo internal perusahaan.
Keputusan Microsoft ini terjadi berselang tiga bulan setelah penyelesaian akuisisi Activision Blizzard senilai $69 miliar.
Dalam memo itu disebutkan bahwa pemutusan hubungan kerja dengan kayawan divisi game-nya akan mengurangi 8% dari total tenaga kerja gaming Microsoft yang mencapai 22.000 orang.
Dilansir dari Abc News pada Jumat (26/1), para karyawan yang terkena dampak bekerja di tim Activision Blizzard, Xbox, dan ZeniMax yang juga dimiliki oleh Microsoft.
Phil Spencer selaku CEO Microsoft Gaming menegaskan komitmennya untuk menyelaraskan strategi dan rencana eksekusi dengan struktur biaya yang berkelanjutan duntuk mendukung pertumbuhan bisnis keseluruhan.
"Seiring dengan kemajuan kami di tahun 2024, pimpinan Microsoft Gaming dan Activision Blizzard berkomitmen untuk menyelaraskan strategi dan rencana eksekusi dengan struktur biaya berkelanjutan yang akan mendukung keseluruhan pertumbuhan bisnis kami," demikian isi memo tersebut.
Hingga saat ini, belum ada tanggapan segera dari Microsoft terkait permintaan komentar yang diajukan oleh The Associated Press.
Adapun pada hari yang sama, Kamis (25/1), Presiden Blizzard, Mike Ybarra mengumumkan keputusannya untuk meninggalkan perusahaan melalui unggahan di platform X.
Pengumuman ini tampaknya mengakui dampak dari pemutusan hubungan kerja yang terjadi, yang juga dibahas pada hari Kamis.
Ybarra menuliskan, "Ini adalah hari yang sangat sulit, dan saya akan fokus pada memberikan dukungan kepada semua individu luar biasa yang terdampak. Ini tidak mencerminkan prestasi luar biasa Anda."
Dia juga menambahkan bahwa memimpin di Blizzard merupakan suatu kehormatan.
Pada bulan Oktober, Microsoft menyelesaikan kesepakatan senilai $69 miliar dengan Activision Blizzard setelah mengatasi tantangan dari regulator anti monopoli di Inggris dan Uni Eropa.
FTC AS kalah dalam upaya untuk memblokir akuisisi tersebut, tetapi mereka masih berusaha membatalkan kesepakatan, menggambarkannya sebagai ancaman terhadap persaingan dalam industri game.
Kesepakatan ini memungkinkan Microsoft untuk menguatkan layanan berlangganan Xbox Game Pass dan bisnis streaming game on-demand.
(nym)