Internasional

Negosiasi Gencatan Senjata untuk Akhiri Perang di Gaza terus Dilakukan, Berharap Hasil yang Baik

Negosiasi Gencatan Senjata untuk Akhiri Perang di Gaza terus Dilakukan, Berharap Hasil yang Baik

PASUNDAN EKSPRES - Negosiasi gencatan senjata untuk mengakhiri perang di Gaza terus dilakukan. Kali ini, negosiasi tersebut sedang dilakukan di Qatar pada hari ini, Jumat, 16 Agustus 2024.

Perundingan baru yang bertujuan untuk memediasi gencatan senjata dalam perang di Gaza dan mencegah konflik meluas ke wilayah yang lebih luas, dimulai di Doha.

Hal ini terjadi pada saat jumlah korban tewas di wilayah Palestina telah mencapai tonggak sejarah yang menyedihkan, yaitu 40.000 orang, menurut otoritas kesehatan setempat.

Negosiasi Gencatan Senjata untuk Akhiri Perang di Gaza terus Dilakukan

Dilansir dari The Guardian, para mediator dari Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir bertemu dengan delegasi Israel di ibukota Qatar, Doha, pada Kamis sore waktu setempat.

Diperkirakan pembicaraan akan berlanjut keesokan harinya. Namun, kelompok militan Palestina, Hamas, tidak berpartisipasi secara langsung dalam pembicaraan tersebut, sehingga harapan untuk mencapai terobosan dalam negosiasi tersebut sangat kecil.

Meskipun sebelumnya Hamas dan Israel melakukan kesepakatan pada bulan lalu untuk melaksanakan rencana tiga tahap yang diusulkan oleh Presiden Biden pada bulan Mei, namun sejak saat itu kedua pihak malah meminta "amandemen" dan "klarifikasi" terhadap rencana tersebut.

BACA JUGA: Mahmoud Abbas Bertemu dengan Putin, Keprihatinan Palestina menjadi Topik Utama

BACA JUGA: Israel Memaksa Penduduk Palestina untuk Evakuasi Diri dari Khan Younis, Kebingungan Melanda!

Hingga menyebabkan perundingan menemui jalan buntu. Isu-isu yang masih menjadi kesenjangan meliputi keberadaan pasukan Israel yang terus berlanjut di perbatasan Gaza-Mesir, urutan pembebasan sandera, dan kembalinya warga sipil dari selatan ke utara Gaza.

Dorongan baru untuk melakukan perundingan saat ini dipandang lebih penting dibandingkan sebelumnya.

Hal ini terjadi setelah serangkaian pembunuhan pada tanggal 31 Juli terhadap seorang komandan senior Hizbullah dan Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas.

Pembunuhan di Beirut dan Teheran, diprediksi akan mengubah perang di Gaza menjadi konflik yang meluas ke seluruh kawasan.

Dalam wawancara dengan CNN, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan bahwa perundingan telah dimulai dengan "awal yang menjanjikan".

Namun, beliau menegaskan jika kesepakatan tidak mungkin tercapai segera, mengingat masih adanya kesenjangan besar di antara kedua belah pihak.

Juru bicara Gedung Putih, John Kirby, menambahkan bahwa pemerintah AS menilai Teheran masih bertekad untuk membalas pembunuhan Haniyeh dengan menyerang Israel.

Selama dua minggu terakhir, AS telah mengerahkan kapal perang, kapal selam, dan pesawat tempur ke wilayah tersebut untuk mempertahankan Israel dari potensi serangan dari Iran dan jaringan milisi sekutunya di Irak, Suriah, Lebanon, dan Yaman, yang semuanya terlibat dalam perang di Gaza.

Netanyahu dituduh menghambat perundingan untuk alasan politik, namun kemudian dikabarkan memperluas otoritas tim negosiator Israel.

Sementara itu, Hamas menekankan bahwa perundingan harus berfokus pada implementasi rencana Presiden Biden, dan tidak boleh membiarkan Israel memperlambat proses.

(ipa)

 

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua