Internasional

Trump Ancam akan Akhiri Gencatan Senjata jika Sandera Israel Tidak Segera Dibebaskan: Neraka akan Pecah!

Trump Ancam akan Akhiri Gencatan Senjata jika Sandera Israel Tidak Segera Dibebaskan: Neraka akan Pecah!
Trump Ancam akan Akhiri Gencatan Senjata jika Sandera Israel Tidak Segera Dibebaskan: Neraka akan Pecah! (Image From: Reuters/Tom Brenner/ABC News

PASUNDAN EKSPRES - Trump ancam akan akhiri gencatan senjata jika sandera Israel tidak segera dibebaskan. Donald Trump yang merupakan Presiden Amerika Serikat baru saja mengeluarkan peringatan keras mengenai pemebebasan sandera Israel.

Ia menyatakan bahwa Gaza akan kembali seperti neraka jika semua sandera Israel tidak dibebaskan dari Gaza dalam beberapa hari ke depan. Peringatan ini muncul setelah Hamas mengancam akan menunda pertukaran sandera dalam perjanjian gencatan senjata yang terkesan masih rapuh. 

Trump Ancam akan Akhiri Gencatan Senjata jika Sandera Israel Tidak Segera Dibebaskan

Gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari 2025 ini telah berhasil mengentikan pertempuran selama lebih dari 15 bulan di Jalur Gaza. Selama gencatan senjata, lima kelompok sandera Israel telah dibebaskan sebagai imbalan atas ratusan tahanan Palestina yang dibebaskan dari penjara Israel. 

Namun, dalam proses itu, Trump mengajukan sebuah rencana mengejutkan untuk mengambil alih Gaza dan memindahkan lebih dari dua juta penduduknya. 

Dalam pernyataannya pada hari Senin (10/2) waktu setempat, Trump mengancam akan mengakhiri gencatan senjata jika semua sandera Israel tidak segera dibebaskan sebelum Sabtu siang. 

"Kalau semua sandera tidak dikembalikan sebelum Sabtu pukul 12 siang, saya rasa itu waktu yang tepat untuk mengatakan mengenai pembatalan gencatan senjata, biarkan neraka pecah," ujar Trump di Gedung Puti, dikutip dari CBS 19 News, Selasa (11/2). 

Sementara itu, Brigade Ezzedine al-Qassam yang merupakan bagian dari Hamas, mengumumkan bahwa pertukaran sandera yang dijadwalkan pada Sabtu, 15 Februari 2025, akan ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Juru bicara Hamas, Abu Ubaida, mengatakan bahwa pertukaran hanya dapat dilanjutkan jika Israel memenuhi komitmen yang telah disepakati dalam gencatan senjata.

Hamas menuduh Israel telah melanggar beberapa ketentuan perjanjian, termasuk keterlambatan dalam pengiriman bantuan kemanusiaan dan kematian tiga warga Gaza pada Minggu lalu.

Dalam pernyataan tambahan, Hamas menyatakan bahwa pengumuman penundaan ini sengaja dibuat lima hari sebelum jadwal pertukaran untuk memberi waktu kepada para mediator agar menekan Israel untuk memenuhi kewajibannya.

Menanggapi ancaman Hamas, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyebut penundaan ini sebagai sebuah pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata.

"Saya telah menginstruksikan IDF (militer Israel) untuk meningkatkan kesiagaan ke level tertinggi menghadapi segala kemungkinan di Gaza," kata Katz dalam pernyataannya.

Militer Israel pun telah meningkatkan kesiapan tempur dan memperkuat pasukan di sekitar Jalur Gaza.

Sementara itu, negosiasi lebih lanjut mengenai fase pertama gencatan senjata dijadwalkan berlangsung dalam beberapa hari mendatang di Qatar.

Di sisi lain, Trump juga meningkatkan tekanannya terhadap negara-negara Arab, terutama Yordania dan Mesir. Ia mengancam akan menghentikan bantuan AS jika kedua negara tersebut menolak menerima pengungsi Palestina sesuai rencana kontroversialnya. 

(ipa) 

Terkini Lainnya

Lihat Semua