Kondisi Kemanusiaan di Gaza Memburuk Pasca Pemutusan Bantuan oleh Israel

Kondisi Kemanusiaan di Gaza Memburuk Pasca Pemutusan Bantuan oleh Israel

Kondisi Kemanusiaan di Gaza Memburuk Pasca Pemutusan Bantuan oleh Israel (Image From: ABC News - The Walt Disney Company)

PASUNDAN EKSPRES - Satu bulan setelah Israel memutus aliran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, situasi kemanusiaan di wilayah tersebut mengalami kemunduran drastis.

Dua juta warga sipil di Gaza kini menghadapi ancaman kelaparan, kurangnya akses air bersih, serta kondisi hidup yang semakin tidak layak akibat serangan militer intensif dari Israel. 

Pemutusan Bantuan dan Dampaknya

Israel memutus aliran makanan dan bantuan kemanusiaan lainnya menjelang ofensif militer yang diluncurkan pada Maret 2025.

BACA JUGA: Ekonomi AS Menyusut untuk Pertama Kalinya dalam Tiga Tahun, Dampak Kebijakan Tarif Trump Mulai Terasa

Langkah ini diambil sebagai upaya menekan kelompok Hamas untuk melepaskan sandera dan menerima syarat baru dalam perpanjangan gencatan senjata

Israel juga menuduh bahwa Hamas menyita dan mengalihkan bantuan kemanusiaan. Bahkan, tuduhan tersebut sempat dikonfirmasi oleh pemerintah Amerika Serikat pada Mei tahun lalu. 

Namun, pemutusan total suplai bantuan berdampak langsung terhadap kehidupan jutaan warga Gaza. Dilansir dari CNN, Program Pangan Dunia (WFP) melaporkan bahwa semua 25 toko roti subsidi di Gaza terpaksa ditutup akibat kekurangan gas masak dan tepung.

Lebih dari satu juta orang tidak menerima paket bantuan makanan pada bulan Maret, dan stok makanan panas diperkirakan hanya cukup untuk dua minggu ke depan.

BACA JUGA: China Peringatkan Negara-Negara agar Tidak Berpihak pada AS dalam Perang Dagang yang semakin Memanas

Sementara itu, sebanyak 89.000 ton makanan kini tertahan di luar Gaza karena blokade penuh yang dilakukan Israel.

Krisis Air dan Sanitasi

Selain kekurangan makanan, krisis air bersih juga menjadi masalah besar. Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), dua pertiga rumah tangga di Gaza tidak dapat mengakses enam liter air minum per hari. 

Infrastruktur air yang sempat membaik selama masa gencatan senjata kini rusak kembali dan sulit diperbaiki di tengah konflik yang terus berlangsung.

Kondisi ini berdampak buruk pada sanitasi, terutama di kamp-kamp pengungsian sementara yang kini dipenuhi oleh kutu dan tungau.

Pemindahan Paksa dan Korban Jiwa

Sejak serangan terbaru dimulai pada 18 Maret, lebih dari 400.000 warga Palestina terpaksa mengungsi dari tempat tinggal mereka.

Kementerian Kesehatan Gaza mencatat sedikitnya 1.391 warga Palestina, termasuk 505 anak-anak, telah tewas hanya dalam tiga minggu. Ini adalah jumlah korban anak-anak tertinggi dalam satu pekan sepanjang setahun terakhir.


Berita Terkini