Internasional

Coca-Cola dan Pepsi Menghadapi Boikot di Sejumlah Negara terkait Perang Gaza, Angka Penjualan Menurun Drastis

Coca-Cola dan Pepsi Menghadapi Boikot di Sejumlah Negara terkait Perang Gaza, Angka Penjualan Menurun Drastis

PASUNDAN EKSPRES - Coca-Cola dan Pepsi menghadapi boikot dari pendukung Palestina. Coca-Cola dan pesaingnya PepsiCo telah mengeluarkan ratusan juta dolar selama beberapa dekade untuk menciptakan permintaan akan minuman ringan mereka di negara-negara dengan mayoritas Muslim, termasuk Mesir dan Pakistan.

Coca-Cola dan Pepsi Menghadapi Boikot 

Saat ini, keduanya tengah menghadapi tantangan dari minuman soda lokal buatan negara-negara tersebut akibat adanya suara boikot  yang menargetkan merek-merek global sebagai simbol Amerika, serta Israel, di tengah perang di Gaza.

Di Mesir, penjualan Coke mengalami penurunan tajam tahun ini, sementara merek lokal V7 mengekspor tiga kali lebih banyak botol cola di Timur Tengah dan wilayah lainnya dibandingkan tahun lalu.

Di Bangladesh, sebuah protes memaksa Coca-Cola untuk membatalkan kampanye iklan yang ditujukan untuk menanggapi boikot tersebut.

BACA JUGA: Penembakan di Sekolah Georgia Menewaskan Empat Orang, Pelaku Berusia 14 Tahun

BACA JUGA: Sejumlah Negara Eropa Melarang Ponsel di Sekolah, Kenapa?

Selain itu, di seluruh Timur Tengah, pertumbuhan pesat Pepsi merosot setelah perang Gaza dimulai pada bulan Oktober.

Seorang eksekutif perusahaan Pakistan, Sunbal Hassan, tidak mencantumkan Coca-Cola dan Pepsi dalam menu pernikahannya di Karachi pada bulan April lalu. Ia mengatakan bahwa ia tidak ingin uangnya digunakan untuk mendukung pajak di Amerika Serikat, yang merupakan sekutu setia Israel.

“Dengan boikot, kita bisa berperan dengan tidak menyumbang dana tersebut,” kata Hassan., dikutip Reuters Sebagai gantinya, ia menyajikan minuman merek Pakistan, Cola Next, kepada para tamu pernikahannya.

Meskipun para analis pasar menyebutkan bahwa sulit untuk memperkirakan kerugian dalam angka dolar, PepsiCo dan Coca-Cola masih memiliki bisnis yang berkembang di beberapa negara di Timur Tengah, merek-merek minuman Barat mengalami penurunan penjualan sebesar 7% pada semester pertama tahun ini di seluruh wilayah, menurut riset dari NielsenIQ.

Di Pakistan, Krave Mart, sebuah aplikasi pesan antar terkemuka, melaporkan bahwa cola lokal seperti Cola Next dan Pakola telah meroket popularitasnya menjadi sekitar 12% dari kategori minuman ringan, menurut pendirinya, Kassim Shroff, kepada Reuters bulan ini. Sebelum boikot, penjualan hanya mencapai 2,5%.

Boikot konsumen telah ada sejak abad ke-18, setidaknya sejak protes anti-perbudakan gula di Inggris. Strategi ini digunakan pada abad ke-20 untuk melawan apartheid di Afrika Selatan dan telah diterapkan secara luas untuk menentang Israel melalui gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi.

Banyak konsumen yang menghindari Coca-Cola dan PepsiCo yang merupakan produk atas dukungan AS terhadap Israel selama beberapa dekade, termasuk dalam perang yang sedang berlangsung saat ini dengan Hamas.

(ipa)

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua