Internasional

Pemimpin Hamas Menuntut Diakhirinya Konflik secara Penuh, Bentuk Pukulan Telak untuk Biden?

Pemimpin Hamas Menuntut Diakhirinya Konflik secara Penuh, Bentuk Pukulan Telak untuk Biden?
Pemimpin Hamas Menuntut Diakhirinya Konflik secara Penuh, Bentuk Pukulan Telak untuk Biden? (Image From: The North West Star)

PASUNDAN EKSPRES - Pemimpin Hamas menuntut diakhirinya konflik secara penuh. Pemimpin kelompok Hamas mengatakan bahwa organisasi mereka akan menuntut dua hal sebagai bagian dari rencana gencatan senjata, yaitu mengakhiri perang di Gaza secara permanen dan penarikan mundur pasukan Israel dari wilayah Gaza

Pemimpin Hamas Menuntut Diakhirinya Konflik secara Penuh

Dilansir dari Reuters, Kamis (6/6), tuntutan tersebut merupakan pukulan telak bagi proposal gencatan senjata yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, pada minggu sebelumnya. 

Di sisi lain, pemerintah Israel menyatakan bahwa mereka tidak akan menghentikan serangan militer selama proses perundingan gencatan senjata sedang berlangsung.

Selain itu, Israel juga meluncurkan serangan baru ke bagian tengah Jalur Gaza, dekat dengan kota terakhir yang belum diserbu oleh tank-tank Israel sebelumnya.

Tampaknya pernyataan yang dikeluarkan oleh pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, merupakan jawaban resmi dari kelompok militan Palestina tersebut terhadap proposal gencatan senjata yang diluncurkan oleh Presiden Joe Biden pada minggu sebelumnya.

Pemerintah Amerika Serikat telah mengatakan bahwa mereka saat ini sedang menunggu jawaban dari pihak Hamas atas apa  sebuah inisiatif atau proposal dari Israel.

BACA JUGA: Terbaru! Slovenia Mengakui Negara Palestina setelah Spanyol, Irlandia, dan Norwegia

BACA JUGA: AS Meminta Dukungan PBB untuk Usulan Gencatan Senjata di Gaza, ingin Segera Menyelesaikan Perang

Pemerintah Amerika Serikat masih berupaya keras untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Sebagai bagian dari upaya tersebut, Direktur CIA, yaitu William Burns mengadakan pertemuan pada hari Rabu di Doha, Qatar, dengan para pejabat senior dari negara-negara mediator, yaitu Qatar dan Mesir.

Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk mendiskusikan proposal gencatan senjata yang sebelumnya telah disampaikan oleh Presiden Biden.

Sejak adanya gencatan senjata singkat yang berlangsung selama satu pekan pada bulan November tahun lalu, semua upaya berikutnya untuk mengatur gencatan senjata lanjutan telah gagal.

Hal ini disebabkan oleh posisi yang berbeda antara dua pihak yang bertikai. Di satu sisi, Hamas bersikeras pada tuntutannya untuk mengakhiri konflik secara permanen.

Di sisi lain, Israel mengatakan bahwa mereka hanya bersedia untuk mempertimbangkan kesepakatan gencatan senjata sementara, hingga kelompok militan Hamas dapat dikalahkan.

Presiden Biden telah berkali-kali menyatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata di Gaza hampir berhasil dicapai dalam beberapa bulan terakhir. Namun, pada kenyataannya, gencatan senjata tersebut tidak pernah terwujud.

Secara khusus, Biden menyatakan pada bulan Februari bahwa Israel telah menyetujui proposal gencatan senjara yang akan dimulai pada awal bulan suci Ramadan, yakni tanggal 10 Maret.

Akan tetapi, tenggat waktu tersebut telah berlalu tanpa adanya gencatan senjata yang terealisasi. Sebaliknya, operasi militer di Gaza terus berlangsung dengan lancar.

Namun, pengumuman minggu lalu mengenai adanya kemajuan dalam upaya gencatan senjata di Gaza datang dengan publisitas yang jauh lebih besar dari pihak Gedung Putih.

Hal tersebut terjadi pada saat Perdana Menteri Israel, yaitu Benjamin Netanyahu sedang menghadapi tekanan politik dalam negeri yang semakin meningkat.

Netanyahu didesak untuk menemukan jalan keluar guna mengakhiri perang yang sudah berlangsung selama delapan bulan ini. Selain itu, Netanyahu juga diharapkan dapat merundingkan pembebasan para sandera Israel yang ditahan oleh kelompok Hamas.

(ipa)

Berita Terkait