PASUNDAN EKSPRES - Darurat militer Korea Selatan timbulkan reaksi internasional. Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, yang sebelumnya berjanji menjadikan negaranya sebagai "negara poros global," kini menghadapi tekanan diplomatik internasional setelah upaya kontroversialnya memberlakukan darurat militer.
Keputusan mendadak yang ia umumkan pada Selasa malam melalui siaran langsung televisi, dan kemudian dibatalkan enam jam kemudian, telah menimbulkan gejolak politik dan reputasi internasional yang memburuk.
Darurat Militer Korea Selatan Timbulkan Reaksi Internasional
Deklarasi darurat militer ini langsung memengaruhi hubungan diplomatik Korea Selatan dengan negara lain. Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson, yang dijadwalkan mengadakan pertemuan puncak dengan Yoon minggu ini, memutuskan menunda kunjungannya.
"Melihat perkembangan terbaru, kami memutuskan untuk menunda kunjungan," kata juru bicara Kristersson dalam pernyataan resmi, dikutip Reuters, Rabu (4/12).
Serupa dengan itu, Amerika Serikat, sekutu utama Korea Selatan, juga mengambil langkah tegas. Pertemuan Kelompok Konsultatif Nuklir (NCG) dan latihan militer terkait yang seharusnya diadakan minggu ini ditunda tanpa batas waktu.
NCG merupakan salah satu upaya Yoon untuk melibatkan Korea Selatan secara lebih aktif dalam perencanaan aliansi terkait potensi perang nuklir di Semenanjung Korea.
Dengan sekitar 28.500 pasukan AS yang ditempatkan di Korea Selatan, langkah Yoon memunculkan pertanyaan tentang stabilitas regional. Pentagon menyatakan bahwa militer AS dan Korea Selatan tetap berkomunikasi, tetapi tidak ada permintaan bantuan dari Seoul terkait perkembangan ini.
Juru bicara Pentagon, Mayor Jenderal Patrick Ryder, menegaskan bahwa deklarasi darurat militer sejauh ini tidak berdampak signifikan pada pasukan AS.
Namun, Gedung Putih menyatakan kekhawatirannya. Seorang juru bicara mengatakan bahwa pemerintah AS tidak diberi tahu sebelumnya tentang pengumuman Yoon. Mereka mengatakan bahwa mereka begitu prihatin dengan yang terjadi di Korea Selatan.
Dampak dari keputusan ini juga dirasakan dalam hubungan Korea Selatan dengan Jepang. Delegasi parlemen Jepang yang dipimpin mantan Perdana Menteri Yoshihide Suga membatalkan kunjungan ke Seoul yang dijadwalkan pada pertengahan Desember.
Akihisa Nagashima, penasihat khusus Perdana Menteri Jepang yang akan menjadi bagian dari delegasi tersebut, menyebut situasi di Korea Selatan sebagai sesuatu yang "mengkhawatirkan."
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba juga menegaskan bahwa Tokyo memantau perkembangan dengan perhatian serius.
"Ini adalah situasi yang tegang di mana nasib pemerintahan Yoon harus diamati dengan seksama," tambah Nagashima.
(ipa)