Internasional

Kelaparan Melanda Gaza Utara, Hanya Tersisa Roti untuk Bertahan Hidup

Kelaparan Melanda Gaza Utara, Hanya Tersisa Roti untuk Bertahan Hidup
Kelaparan Melanda Gaza Utara, Hanya Tersisa Roti untuk Bertahan Hidup (Image From: ABC News))

PASUNDAN EKSPRES - Kelaparan melanda Gaza Utara, Di wilayah utara Jalur Gaza, di mana warga Palestina menghadapi krisis kelaparan yang paling parah, penduduk setempat mengungkapkan bahwa kekurangan suplai sayuran, buah-buahan, dan daging telah membuat mereka hanya mampu bertahan hidup dengan mengonsumsi roti sebagai makanan pokok.

Menurut penduduk setempat, harga bahan makanan yang dijual di pasar lokal telah melambung tinggi.

Kelaparan Melanda Gaza Utara 

Sebagai contoh, satu kilogram paprika hijau, yang sebelum perang harganya hanya sekitar satu dolar, kini dijual dengan harga 320 shekel atau hampir $90.

Selain itu, para pedagang juga mematok harga $70 hanya untuk satu kilogram bawang.

"Kami kelaparan, dunia telah melupakan kami," kata Um Mohammed, seorang ibu dari enam anak di Kota Gaza dikutip dari Reuters, Sabtu (15/6). 

Meskipun tinggal di sana lebih dari delapan bulan selama bombardir Israel, ia bersama keluarganya telah beberapa kali harus meninggalkan rumah mereka dan mencari perlindungan di tempat pengungsian yang telah disiapkan di sekolah-sekolah milik PBB.

Ia mengungkapkan bahwa mereka hanya memiliki tepung dan roti. Mereka tidak memiliki apa pun selain itu untuk dimakan. 

Menurut pejabat Palestina dan pekerja bantuan internasional, pada akhir Mei, militer Israel telah mencabut larangan penjualan bahan makanan segar ke Jalur Gaza dari Israel dan wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel.

BACA JUGA: Gelombang Panas di Yunani menyebabkan Sekolah dan Wisata Ditutup Sementara

BACA JUGA: Denmark Menarik 3 Merek Mi Instan Pedas asal Korea Selatan, Diduga mengandung Bahan Kimia

Namun, melalui unggahan di media sosial, warga Gaza menuduh para pedagang yang tidak bertanggung jawab telah memanfaatkan situasi untuk mengeksploitasi kebutuhan masyarakat.

Mereka mengaku membeli barang-barang dengan harga normal di Israel dan wilayah Tepi Barat yang diduduki, lalu menjualnya kembali di Jalur Gaza dengan harga yang sangat tinggi.

Aliran bantuan kemanusiaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di wilayah Palestina yang hancur akibat serangan militer telah mengalami tekanan yang sangat berat sejak operasi militer Israel di Rafah di selatan Jalur Gaza.

Rafah merupakan pintu gerbang utama masuknya bantuan ke daerah kantong Gaza tersebut dari Mesir.

Tindakan militer Israel di wilayah ini telah menghambat dan menekan arus pasokan bantuan kemanusiaan yang sebelumnya masuk ke Jalur Gaza.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran global, dan memberikan tekanan kepada Israel untuk segera meredakan krisis kemanusiaan yang terjadi.

Sementara itu, lembaga-lembaga kemanusiaan telah memperingatkan akan ancaman kelaparan yang mungkin terjadi akibat terhambatnya pasokan bantuan tersebut.

(ipa)

Berita Terkait