PASUNDAN EKSPRES - Pasca gencatan senjata, Hizbullah masih menghitung korban tewas. Menurut empat pejabat senior, setelah gencatan senjata diumumkan,
Hizbullah masih harus berupaya menguburkan korban dan para pejuang yang gugur dalam serangan Israel. Hal tersebut adalah langkah awal dalam perjalanan panjang dan berat menuju pemulihan.
Pasca Gencatan Senjata, Hizbullah masih Menghitung Korban Tewas
Berdasarkan perkiraan internal dari tiga sumber, Hizbullah memperkirakan jumlah pejuangnya yang tewas selama 14 bulan konflik bisa mencapai ribuan.
Sebagian besar korban tersebut jatuh sejak Israel melancarkan serangan pada bulan September tahun lalu.
Korban yang jatuh pada perang dengan Israel hinggal 4.000 orang, di mana hal tersebut lebih dari 10 kali lipat jumlah korban yang tewas dalam perang selama sebulan dengan Israel pada tahun 2006.
Hingga saat ini, otoritas Lebanon melaporkan sekitar 3.800 korban jiwa dalam konflik ini, tanpa membedakan antara pejuang dan warga sipil.
Para anggota Hizbullah masih terpukul akibat tewasnya mantan pemimpin mereka, yaitu Sayyed Hassan Nasrallah. Sementara itu, banyak masyarakat yang kehilangan tempat tinggal akibat pengeboman besar-besar di pinggiran selatan Beirut.
Dengan gencatan senjata yang mulai berlaku pada hari Rabu (27/11), agenda Hizbullah mencakup upaya untuk sepenuhnya membangun kembali struktur organisasinya, menyelidiki keamanannya yang memungkinkan Israel melancarkan serangan-serang mematikannya, serta melakukan tinjuan menyeluruh terhadap kinerja setahun terakhir.
Serangan Israel telah membuat lebih dari 1 juta orang harus kehilangan tempat tinggal.
Seorang pejabat senior Lebanon yang memahami pandangan tentang Hizbullah mengatakan bahwa fokus utama Hizbullah saat ini adalah memastikan pengungsi dapat membangun kembali rumah mereka.
Pejabat tersebut juga memperkirakan Hizbullah akan melakukan tinjauan besar-besar setelah perang, termasuk semua isu utama seperti hubungannya dengan Israel, persenjataan, dan politik internal Lebanon, di mana keberadaan senjata Hizbullah telah lama menjadi sumber konflik.
Iran yang merupakan negara pendiri Hizbullah pada 1982 telah berjanji akan membantu rekonstruksi, di mana biaya yang diperlukan sangat besar.
Bank Dunia memperkirakan kerusakan pada sektor perumahan di Lebanon mencapai $2,8 miliar dengan 99.000 rumah mengalami kerusakan total dan sebagian.
(ipa)