Internasional

Pengiriman Balon Berisi Sampah Dinilai sebagai Bentuk Terorisme Lunak

Pengiriman Balon Berisi Sampah Dinilai sebagai Bentuk Terorisme Lunak

PASUNDAN EKSPRES - Sebuah laporan dari kelompok pemikir AS mengatakan bahwa pengiriman balon berisi sampah oleh Korea Utara ke Korea Selatan merupakan "bentuk terorisme lunak".

Sebut Pengiriman Balon Berisi Sampah sebagai Bentuk Terorisme Lunak 

Meskipun hal ini mencerminkan "kelemahan" dan "ketidakamanan" rezim Korea Utara, laporan tersebut menekankan bahwa tindakan ini tidak boleh dianggap enteng. Tindakan tersebut dianggap sebagai bentuk tindakan terorisme, meskipun tidak bersifat fisik.

Victor Cha, wakil presiden senior untuk ketua Asia dan Korea di Center for Strategic and International Studies (CSIS), dan Andy Lim, seorang associate fellow di CSIS Korea, telah merilis sebuah laporan yang menganalisis kampanye Pyongyang (Korea Utara) yang melibatkan pengiriman balon-balon berisi sampah.

BACA JUGA: Pejabat AS Ramai-ramai Resign Imbas Dukungan Biden untuk Israel

BACA JUGA: Jepang Tetapkan Aturan AI, Contoh untuk Negara Lain

Laporan tersebut disajikan dalam format tanya-jawab, yang menganalisis dan menjelaskan tentang tindakan Korea Utara tersebut.

Korea Utara telah menerbangkan balon-balon berisi sampah ke arah Korea Selatan, dan mempermasalahkan tentang pengiriman selebaran anti-Pyongyang oleh aktivis Korea Selatan ke Korea Utara.

Militer Korea Selatan telah menangani balon-balon tersebut, namun tindakan ini telah menimbulkan kegelisahan keamanan publik, terutama di wilayah perbatasan.

"Meskipun balon-balon ini mencerminkan kelemahan dan ketidakamanan Korea Utara, mereka tidak boleh dianggap enteng. Balon-balon yang berisi sampah dan kerusakan yang ditimbulkannya merupakan bentuk terorisme lunak," kata laporan itu, dikutip dari The Korea Herald, Kamis (4/7). 

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa pembalasan Korea Selatan dengan siaran pengeras suara anti-Korea Utara di sepanjang perbatasan dapat meningkatkan ketegangan antar-Korea.

Laporan itu mencatat bahwa Kim Yo-jong, saudara perempuan yang berpengaruh dari pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, telah mengancam untuk menghancurkan pengeras suara tersebut dengan tindakan militer.

"Hal ini akan menjadi eskalasi yang berbahaya bersamaan dengan gangguan sinyal GPS baru-baru ini, perambahan ke DMZ, dan demonstrasi rudal," kata laporan itu. DMZ adalah singkatan dari Zona Demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea.

Tindakan saling balas-membalas antara Korea Utara dan Selatan melalui propaganda di perbatasan dapat semakin memperburuk hubungan dan ketegangan di antara kedua negara tersebut.

(ipa)

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua