PASUNDAN EKSPRES - Israel terus menyerang Rafah, AS mengatakan tidak ada rencana untuk melindungi warga sipil. Pasukan Israel tetap melanjutkan penyerangannya kepada Rafah, walaupun Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa Israel belum memberikan rencana yang dapat dipercaya kepada Amerika Serikat untuk melindungi lebih dari satu juta warga sipil Palestina yang mencari perlindungan di kota Rafah di selatan Gaza.
Israel terus Menyerang Rafah, AS Tidak Memiliki Rencana untuk Melindungi Warga
Sekitar 300.000 dari total 1,3 juta warga Palestina yang sebelumnya mengungsi ke Gaza selatan beberapa bulan, sekarang diperintahkan untuk mengungsi lagi. Kali ini, mereka diminta untuk pindah ke arah barat laut Rafah, ke wilayah yang terletak sepanjang garis pantai Laut Mediterania.
Namun dalam sebuah wawancara dengan acara "Meet the Press" di NBC, Blinken mengatakan bahwa Israel tidak memiliki rencana khusus untuk melindungi warga Palestina atau menyediakan bantuan kemanusiaan yang memadai bagi mereka.
BACA JUGA: Jadi Anggota PBB Palestina di Akui Dunia
BACA JUGA: Protes Keangotaan Palestina, Dubes Israel Robek Piagam PBB
"Ada hal lain yang lebih penting. Kami juga belum melihat rencana apa yang akan terjadi setelah perang di Gaza berakhir. Karena saat ini, lintasan yang dilalui Israel adalah bahkan jika mereka masuk dan melakukan tindakan keras di Rafah, masih ada ribuan Hamas bersenjata yang tersisa," kata Blinken, dilansir dari Voice of America, Senin (13/5).
Ia juga menambahkan bahwa langkah saat ini adalah Israel akan masuk ke Rafah, bahkan akan menghadapi empat batalyon yang tersisa, tapi tanpa adanya rencana yang melibatkan perlindungan warga sipil.
Hal tersebut berpotensi menimbulkan kerugian besar bagi warga sipil dan tidak akan menyelesaikan masalah.
AS yang merupakan pemasok utama senjata bagi Israel, telah mengeluarkan peringatan berulang kepada Israel untuk tidak melancarkan serangan darat besar-besaran ke Rafah. Namun, Pasukan Pertahanan Israel tetap melanjutkan serangan udara dan serangan darat.
Presiden AS Joe Biden telah memutuskan untuk menghentikan pengiriman 3.500 bom dengan berat 227 kilogram dan 907 kilogram ke Israel. Keputusan ini diambil karena ada kekhawatiran bahwa bom-bom tersebut dapat digunakan dalam serangan terhadap Rafah.
Selain itu, minggu lalu, Biden mengatakan apabila Israel melancarkan serangan penuh terhadap Rafah, ia akan menghentikan pengiriman beberapa senjata ofensif ke negara tersebut.
Perundingan antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata dan pembebasan sekitar 100 sandera yang masih ditahan oleh Hamas harus berhenti.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berulang kali menyatakan bahwa Israel tidak akan mengakhiri perang sebelum berhasil memberantas militan Hamas yang masih berada di Rafah.
(ipa)