Kemenkes Imbau Masyarakat Bijak Soal Penggunaan Antibiotik, Cegah Risiko AMR

Kemenkes Imbau Masyarakat Bijak Soal Penggunaan Antibiotik, Cegah Risiko AMR

Kemenkes Imbau Masyarakat Bijak Soal Penggunaan Antibiotik, Cegah Risiko AMR (Foto: Freepik)

PASUNDAN EKSPRES - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau masyarakat bijak soal penggunaan antibiotik.

Baru-baru ini, netizen di sosial media X bersuara soal penggunaan antibiotik yang sering digunakan masyarakat Indonesia sebagai obat untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan.

Bahkan, ada beberapa masyarakat yang mengonsumsi antibiotik tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Penggunaan antibiotik yang tidak bijak menyebabkan munculnya bakteri yang kebal terhadap antibiotik yang disebut dengan resistensi antimikroba (antimicrobial resistance/AMR) 

BACA JUGA: Tips Jitu Cara Diet dengan Telur Rebus, Bisa Turun Lebih dari 10 Kg! Amazing!

Hal ini berdampak pada semakin sulitnya pengobatan dan perawatan pada pasien yang terkena resistensi antibiotik.

BACA JUGA:Kemenkes: Konsumsi Antibiotik Wajib Sesuai Indikasi Medis

Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Azhar Jaya, SH, SKM, MARS mengungkapkan data kejadian resistensi antimikroba yang dilaporkan oleh rumah sakit sentinel. Data tersebut mencakup dua jenis bakteri yang kebal antibiotik.

"Data AMR di Indonesia secara khusus didapatkan dari data yang dilaporkan oleh rumah sakit sentinel yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, di mana hasil pengukuran Extended-spectrum Beta-Lactamase (ESBL) tahun 2022 pada 20 rumah sakit sentinel site sebesar 68%," ucap Azhar di Jakarta, dikutip dari laman Sehat Negeriku Kemkes, Selasa (24/9).

BACA JUGA: Cara Daftar dan Ambil Nomor Antrean BPJS Kesehatan secara Online

"Kemudian, di tahun 2023 pada 24 rumah sakit sentinel site sebesar 70,75% dari target ESBL tahun 2024 sebesar 52%. Angka ini menunjukan, adanya peningkatan resistensi antimikroba pada bakteri jenis Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae," sambungnya.

Bakteri jenis Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae ini dapat menyebabkan kematian dan menyerang seluruh sistem organ dalam tubuh manusia.

Data WHO Global Antimicrobial Resistance and Use Surveillance System (GLASS) yang diperbarui pada 2022 menyebutkan bahwa resistensi antimikroba pada Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae di Indonesia terdeteksi melalui pemeriksaan spesimen darah dan urine pasien yang terinfeksi AMR.

BACA JUGA:Kemenkes Perpanjang Pelaksanaan PIN Polio Hingga 23 September

Pasien yang mengalami infeksi AMR memiliki dampak yang cukup besar dan penanganan yang sulit karena sejumlah faktor.

Dari laporan rumah sakit yang diterima Kemenkes, penanganan pasien dengan infeksi resistensi antimikroba membutuhkan upaya yang besar. Sebab, bakteri yang kebal terhadap antibiotik memengaruhi perawatan pasien.

"Merawat pasien dengan infeksi AMR sangat sulit karena beberapa faktor. Yang pertama adalah pilihan obat terbatas. Obat yang efektif untuk pasien AMR mungkin tidak tersedia atau mahal dan patogen bisa menjadi resisten terhadap antibiotik yang ada," jelasnya.

Kemudian, penegakan diagnosis menjadi lambat sebab dibutuhkan pemeriksaaan kultur dan uji kepekaan dalam menegakkan diagnosis pasien infeksi lama, di mana untuk pemeriksaan tersebut memerlukan waktu sehingga memperlambat perawatan yang tepat. 


Berita Terkini