Lifestyle

Fenomena Beauty Privilege: Kenapa Si Cakep Selalu Dimaafin?

Fenomena Beauty Privilege: Kenapa Si Cakep Selalu Dimaafin?

PASUNDAN EKSPRES- Pernah nggak sih, lu denger kalau kita terlahir good looking, setengah dari masalah hidup kita bakal lebih gampang selesai?

Yup, ini yang biasa disebut dengan beauty privilege. Di negara kita, hal ini lumayan nyata, loh!

Beauty privilege itu kayak hak istimewa yang bikin hidup kita lebih lancar gara-gara penampilan fisik yang menarik dibandingin orang lain.

Dan ini nggak cuma berlaku buat cewek aja, cowok juga bisa dapet "bonus" ini.

Berdasarkan berbagai riset, orang yang punya penampilan menarik cenderung punya karir lebih mulus dan bakal dapet lebih banyak toleransi kalau mereka bikin kesalahan. Keren, kan?

Tapi sebenarnya ini juga bentuk standar ganda. Banyak banget orang yang lebih fokus pada siapa yang melakukan sesuatu, bukan apa yang dilakukan.

Contoh kecilnya, lu pasti pernah lihat orang cakep ngelakuin hal aneh terus malah dibilang lucu dan gemesin.

Sebaliknya, kalau orang dengan penampilan biasa aja ngelakuin hal yang sama, seringnya malah dihujat, dibilang stres, atau Jamet. Aneh, kan?

Yang lebih aneh lagi, kita nggak bisa milih terlahir cakep atau biasa aja.

Penampilan fisik adalah pemberian yang nggak bisa diubah total, paling bisa dirawat biar lebih terjaga.

Tapi kenapa hal-hal di luar kendali ini justru bikin seseorang diperlakukan lebih baik, bahkan saat mereka salah, sementara yang lain sering diperlakukan buruk meski nggak ngelakuin kesalahan?

Contoh Standar Ganda di Kehidupan Nyata

Kasus-kasus ini juga sering banget muncul di dunia nyata. Salah satu contoh yang cukup rame adalah penangkapan musisi Ardhito Pramono pada Januari 2022 gara-gara narkoba.

Berita penangkapannya langsung viral di berbagai media sosial kayak Instagram dan TikTok.

Uniknya, banyak netizen yang malah ngasih dukungan dan semangat buat Ardhito, mungkin karena mereka fans atau suka sama karyanya.

Sekarang, coba bandingin sama kasus komedian Coki Pardede yang juga ditangkap karena kasus narkoba beberapa bulan sebelumnya, tepatnya di September 2021.

Saat itu, bukannya dapet dukungan, Coki malah dihujat habis-habisan. Padahal, yang dilanggar sama, tapi respons netizen beda banget.

Ardhito dipuji, Coki malah dihina. Ini contoh nyata dari standar ganda yang terjadi karena penampilan fisik.

Fenomena ini nggak cuma terjadi di Indonesia aja. Di luar negeri, ada juga kasus Cameron Herrin, seorang remaja yang divonis penjara 24 tahun karena menabrak seorang ibu dan anak hingga tewas.

Kasusnya jelas serius dan hukumannya pun berat. Tapi anehnya, banyak banget netizen yang malah simpati sama Cameron gara-gara penampilan fisiknya yang dianggap cakep.

Bahkan ada yang bilang nggak tega lihat dia di penjara, sementara korbannya justru kayak dilupakan.

Fenomena Lookism dan Diskriminasi Berdasarkan Penampilan

Nah, kalau ngomongin secara ilmiah, diskriminasi kayak gini disebut lookism. Ini adalah perlakuan berbeda terhadap seseorang berdasarkan penampilannya.

Orang yang melakukan lookism cenderung lebih fokus pada siapa yang melakukan sesuatu, bukan apa yang dilakukannya.

Misalnya, kalau lihat orang bertato, mereka langsung mikir orang itu kriminal, padahal belum tentu.

Kesimpulannya, fenomena beauty privilege dan lookism ini nyata banget ada di sekitar kita.

Dan, walaupun nggak semua orang sadar, ini bikin kita bertanya-tanya, apakah moral dan perlakuan adil itu beneran berlaku buat semua orang.

Atau cuma buat mereka yang memenuhi standar kecantikan yang ada? Jadi, gimana menurut lu?

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua