Fenomena Beauty Privilege: Kenapa Si Cakep Selalu Dimaafin?

Fenomena Beauty Privilege: Kenapa Si Cakep Selalu Dimaafin?
Saat itu, bukannya dapet dukungan, Coki malah dihujat habis-habisan. Padahal, yang dilanggar sama, tapi respons netizen beda banget.
Ardhito dipuji, Coki malah dihina. Ini contoh nyata dari standar ganda yang terjadi karena penampilan fisik.
Fenomena ini nggak cuma terjadi di Indonesia aja. Di luar negeri, ada juga kasus Cameron Herrin, seorang remaja yang divonis penjara 24 tahun karena menabrak seorang ibu dan anak hingga tewas.
Kasusnya jelas serius dan hukumannya pun berat. Tapi anehnya, banyak banget netizen yang malah simpati sama Cameron gara-gara penampilan fisiknya yang dianggap cakep.
Bahkan ada yang bilang nggak tega lihat dia di penjara, sementara korbannya justru kayak dilupakan.
Fenomena Lookism dan Diskriminasi Berdasarkan Penampilan
Nah, kalau ngomongin secara ilmiah, diskriminasi kayak gini disebut lookism. Ini adalah perlakuan berbeda terhadap seseorang berdasarkan penampilannya.
Orang yang melakukan lookism cenderung lebih fokus pada siapa yang melakukan sesuatu, bukan apa yang dilakukannya.
Misalnya, kalau lihat orang bertato, mereka langsung mikir orang itu kriminal, padahal belum tentu.
Kesimpulannya, fenomena beauty privilege dan lookism ini nyata banget ada di sekitar kita.
Dan, walaupun nggak semua orang sadar, ini bikin kita bertanya-tanya, apakah moral dan perlakuan adil itu beneran berlaku buat semua orang.
Atau cuma buat mereka yang memenuhi standar kecantikan yang ada? Jadi, gimana menurut lu?