Kejar Target Eliminasi TBC pada 2030, Menkes Susun 3 Inovasi Ini

Kejar Target Eliminasi TBC pada 2030, Menkes Susun 3 Inovasi Ini

Kejar Target Eliminasi TBC pada 2030, Menkes Susun 3 Inovasi Ini (Laman Sehat Negeriku)

PASUNDAN EKSPRES - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan deteksi 1 juta kasus Tuberkulosis (TB) pada 2025. 

Penemuan lebih banyak kasus ini untuk mengejar target eliminasi TBC pada 2030. 

Menurut data terbaru, Indonesia merupakan negara dengan angka TBC nomor dua tertinggi di dunia.

Untuk mencapai target tersebut, pemerintah telah menyusun tiga inovasi guna mendorong pemerataan akses pengobatan, peningkatan kesadaran masyarakat, serta pemanfaatan teknologi untuk diagnosis lebih cepat dan akurat.

BACA JUGA: Para Jemaah Haji, Ini Hal yang Dilarang saat Berada di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi

"Target kami tahun depan, kita bisa menemukan sekitar 1 juta kasus. Dari 1.060.000 yang ditemukan, saya ingin 1 jutanya kita diagnosis," ucap Budi dalam konferensi pers Pertemuan Tingkat Tinggi Inovasi Tuberkulosis (High Level Meeting TBC Innovation) yang digelar di Bali pada Senin (11/11).

BACA JUGA:Kemenkes Anjurkan Skrining Kesehatan Jiwa Minimal Setahun Sekali

Dilansir dari laman Sehat Negeriku, inovasi pertama adalah meningkatkan dan mengembangkan sistem surveilans.

Menkes Budi mengatakan, ke depannya metode skrining TBC akan diperluas. 
Tidak hanya menggunakan alat TCM, yang juga digunakan untuk pemeriksaan diabetes, tetapi juga alat PCR yang sebelumnya dipakai untuk tes COVID-19.

BACA JUGA: BNI Berikan Solusi bagi Pelaku Usaha Percepat Pembiayaan Rantai Pasok Lewat BNIdirect Supply Chain

"Skrining TBC itu susah karena harus diambil dari batuk, sekarang dengan teknologi PCR, lagi kita coba di Jawa Barat di-swab bukan di hidung, tapi di tenggorokan. Jadi, nanti kita swab lalu kita tes PCR sama seperti COVID-19. Itu inovasi yang sedang kita coba," jelasnya.

Selain menggunakan alat PCR, Menkes juga sedang menguji teknologi terbaru USG, yang biasanya digunakan untuk memeriksa kondisi janin dan deteksi dini kanker payudara. Teknologi ini akan dicoba untuk identifikasi pneumonia atau TBC.

BACA JUGA:Kemenkes Kampanyekan Pencegahan dan Pengendalian TBC di Hari Anak Nasional 2024

"Ternyata sekarang dengan dibantu AI, (USG) bisa untuk identifikasi pneumonia atau TBC. Ini sekarang sedang kita coba juga, karena USG kita udah banyak," tambahnya.

Untuk mendukung hal tersebut, pemerintah juga menyusun inovasi selanjutnya, yakni memperkuat aspek terapeutik atau pengobatan. 

Menurut Budi, masalah pengobatan TBC di Indonesia adalah banyaknya pasien yang tidak melakukan pengobatan dan tidak menyelesaikan pengobatan.

Masalah ini disebabkan karena durasi pengobatan TBC yang cukup lama, yakni sekitar 6 bulan. 

Oleh karena itu, Menkes mendorong penelitian dan pengembangan regimen pengobatan yang mampu mempercepat penyembuhan pasien TBC.


Berita Terkini