PASUNDAN EKSPRES- Menjadi seorang presiden bukanlah tugas yang ringan, terutama di Indonesia, negara yang memiliki kompleksitas politik dan ekonomi yang tinggi.
Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah seberapa besar modal yang diperlukan untuk mencalonkan diri sebagai presiden di Indonesia.
Dikutip dari akun YouTube The Overpost, menurut tokoh politik seperti Kang Emil dan Fahri Hamzah, dana yang dibutuhkan untuk kampanye presiden bisa mencapai triliunan rupiah.
Kang Emil bahkan menyebutkan angka 8 triliun rupiah sebagai estimasi dana yang dibutuhkan. Variansyah untuk biaya press mencapai 5 triliun rupiah, meskipun tidak ada data pecahan resmi.
Namun, pertanyaan muncul apakah modal sebesar itu sebanding dengan gaji dan tunjangan yang diterima oleh seorang presiden. Menurut data Kementerian Keuangan, gaji dan tunjangan presiden per bulannya hanya sekitar 63 juta rupiah.
Jika dihitung selama 5 tahun masa jabatan, totalnya hanya mencapai 3,8 juta rupiah. Jauh dari besarnya modal yang harus dikeluarkan. Sumber modal untuk kampanye presiden berasal dari berbagai pihak yang memiliki kepentingan tertentu.
Mereka dapat mendapatkan kepastian hukum, akses ke sumber daya alam, proyek infrastruktur, atau kebijakan pemerintah yang menguntungkan. Contoh yang disebutkan termasuk saham Toga, perusahaan investasi yang pendirinya termasuk Sandiaga Uno.
Kepemilikan saham ini mengalami peningkatan signifikan setelah Sandiaga Uno menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Beberapa pengusaha mendukung calon presiden dengan harapan mendapatkan kepastian hukum, akses, dan keuntungan yang signifikan. Meskipun tidak semua orang dengan niat baik, beberapa bisa memanfaatkan kekuasaan mereka untuk kepentingan pribadi, seperti kasus korupsi.
Sebagai contoh, kepastian hukum dapat membantu pengusaha menghindari masalah seperti mafia tanah, yang dapat menghambat bisnis.
Menurut Mahfud MD, kepastian hukum dapat diatur melalui pengadilan dari tingkat rendah hingga tinggi, memberikan peluang kepada pengusaha untuk tumbuh.
Ketidakpastian politik selama Pemilu juga dapat mempengaruhi pasar saham. Namun, data historis menunjukkan bahwa performa saham selama Pemilu cenderung positif.
Reksadana saham tertentu, seperti Trim Capital, Syailendra Equity Opportunity, dan Skor Invest Equity Fund, memiliki performa yang baik selama periode Pemilu.
Untuk investor yang mencari alternatif investasi yang lebih konservatif, Reksadana pendapatan tetap seperti Trimega Fix Income dapat menjadi pilihan yang baik. Dengan tambahan bonus 3%, investasi ini dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada deposito.
Dalam kesimpulannya, menjadi presiden di Indonesia memerlukan modal yang besar, terutama untuk kampanye. Sumber modal berasal dari pihak yang berkepentingan, dan kepastian hukum dapat menjadi faktor penentu bagi beberapa pengusaha.