Nasional

Fakta Menarik Sistem Coblos Paku dalam Pemilu di Indonesia, Terus Negara Lain Pemilu Pake Apa?

Fakta Menarik Sistem Coblos Paku dalam Pemilu di Indonesia, Terus Negara Lain Pemilu Pake Apa? (Sumber Foto Kompas.tv)
Fakta Menarik Sistem Coblos Paku dalam Pemilu di Indonesia, Terus Negara Lain Pemilu Pake Apa? (Sumber Foto Kompas.tv)

PASUNDAN EKSPRES- Indonesia, sebuah negara yang kaya akan budaya dan tradisi, juga memiliki ciri khas unik dalam pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu).

Salah satu hal yang menarik perhatian banyak orang adalah penggunaan sistem coblos paku dalam proses pemungutan suara. Ternyata, Indonesia tidak sendirian dalam menerapkan metode ini, karena Kamboja juga turut menggunakan sistem serupa.

Metode pemilihan ini bukanlah inovasi baru; sebaliknya, telah menjadi bagian dari sejarah politik Indonesia sejak tahun 1955.

Pada masa itu, mayoritas penduduk belum bisa membaca dan menulis dengan baik, sehingga diperlukan sistem yang mudah dimengerti oleh semua lapisan masyarakat. Penggunaan paku sebagai simbol suara yang sah terbukti efektif, sederhana, dan hemat anggaran.

Namun, seperti yang banyak diungkapkan oleh masyarakat, penggunaan paku dalam pemilu tidak luput dari tantangan.

Selama beberapa dekade, ada cerita menarik tentang orang-orang yang membawa pulang pakunya sebagai kenang-kenangan, bahkan hingga ada yang sampai harus ditegur keras oleh petugas penyelenggara pemilu.

Teriakan dan kehebohan yang tercipta saat pakunya hilang menjadi salah satu sisi kocak dalam sejarah pemilihan umum di Indonesia.

Tidak hanya itu, keunikan ini semakin menonjol karena perbedaannya dengan negara-negara lain di dunia.

Misalnya, di Korea Selatan, pemilihan umum menggunakan sistem stampel, sementara di Amerika, pemilih dapat menggunakan tablet mirip iPad untuk memberikan suaranya. Ini menunjukkan diversitas dan perbedaan pendekatan dalam pelaksanaan demokrasi di seluruh dunia.

Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa Indonesia sempat mencoba mengadopsi sistem pemilu yang berbeda pada tahun 2004 dan 2009 dengan menggunakan pulpen.

Namun, upaya tersebut tidak berjalan mulus karena tingginya tingkat ketidakpahaman masyarakat, yang menyebabkan banyak suara tidak sah. Oleh karena itu, kembali ke sistem coblos paku dianggap sebagai langkah yang tepat untuk memastikan partisipasi dan pemahaman masyarakat yang lebih luas.

Seiring perkembangan zaman dan teknologi, mungkin ada wacana untuk melakukan inovasi dalam sistem pemilihan umum di masa depan.

Namun, pertanyaannya tetap terbuka apakah sistem coblos paku masih relevan dan efektif dalam mengakomodasi dinamika masyarakat Indonesia yang semakin modern?

Pendapat dan pandangan masyarakatlah yang akan membentuk arah ke depan dalam demokrasi tanah air.

Berita Terkait