PASUNDAN EKSPRES - Pihak acara "Burning Sun Surabaya" akhirnya klarifikasi. Masih ingat dengan kasus Burning Sun yang terjadi di Korea Selatan? Masalah tersebut menjadi salah satu masalah yang besar di Korea Selatan, terutama ketika salah satu mantan boygroup Big Bang, yaitu Seungri ikut terlibat.

Skandal Burning Sun adalah sebuah skandal mengerikan di mana para artis, pejabat, idola Korea terlibat dalam skandal hiburan dan seks yang terjadi pada tahun 2019. Burning Sun merupakan sebuah klub malam yang berdiri di daerah Gangnam, Seoul, Korea Selatan sejak 2018. Klub ini di Manageri oleh Lee Seungri. 

Pihak Acara Burning Sun Surabaya Klarifikasi 

Tuduhan terkait kejahatan seksual telah menambah "epidemi" di negara tersebut, yang dikenal dengan istilah molka - sebuah istilah Korea untuk mendistribusikan video seksual secara daring tanpa persetujuan dari perempuan yang terlibat. Skandal ini telah menjadi umpan bagi partai-partai politik untuk berdebat tentang bagaimana menangani masalah ini.

Tak ayal, skandal tersebut menjadi bulan-bulanan di jagat sosial media. Banyak yang mengutuk keras, terutama untuk mereka yang terlibat. Seolah tidak termaafkan, pelaku banyak diboikot dari siaran televisi di Korea Selatan. Oleh karena itu, skandal Burning Sun bukanlah masalah yang ringan. 

BACA JUGA: Daftar 17 Link Twibbon HUT ke-79 RI Gratis dan Siap Pakai!

BACA JUGA: Sayembara Sastra HIMA Prosa Universitas Mandiri Subang: Menggali Potensi Diri Melalui Sastra

Namun, belum lama ini, salah satu kota di Indonesia tengah mendapat serbuan dari para netizen. Bukan tanpa alasan, tapi sebuah event yang bertajuk "Burning Sun Surabaya", dengan tampang Lee Seungri berada di poster, menjadi buah bibir problematik yang tidak berujung sampai detik ini.

Poster yang tersebar di sosial media terus mendapatkan gunjingan dari khalayak. Acara tersebut digadang-gadang diadakan di sebuah tempat hiburan di Surabaya, Jawa Timur yang akan digelar pada 31 Agustus 2024. Tak terbantahkan, reaksi negatif mulai dilayangkan untuk gelaran acara tersebut.

Terlampau viral, hingga Seungri membuka suara, bahkan membantah bahwa ia terlibat dengan acara "Burning Sun Surabaya" itu. Seungri juga mengungkapkan bahwa dirinya tidak memili acara apa pun untuk pergi ke Surabaya pada tanggal 31 Agustus. 

Seungri sedang mempertimbangkan untuk mengambil langkah hukum sehubungan dengan informasi yang menyangkut keterlibatannya dalam peristiwa Burning Sun.

Mengenai acaranya yang viral, pihak penyelenggara lantas buka suara. Melalui video klarifikasi yang diunggah di Instagram, pihak manajemen TSV (TSV Management) menegaskan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk mengundang Seungri untuk tampil di acara yang dijadwalkan berlangsung pada 31 Agustus 2024.

Menurut perwakilan TSV Management, postingan (poster) yang disebarkan telah ditafsirkan secara berbeda dan banyak menimbulkan informasi yang menyesatkan (misleading) dari media maupun berita. Perwakilan TSV Management menegaskan bahwa di dalam poster yang telah disebarkan, tidak ada pernyataan untuk mengundang Seungri.

"Saya ingin menegaskan bahwa di dalam poster yang sudah saya sebarkan, tidak ada pernyataan untuk mendatangkan Seungri," jelas perwakilan TSV Management.

Pihak penyelenggara acara juga memberikan penjelasan mengenai alasan penggunaan judul "Burning Sun" untuk acara mereka. Mereka mengatakan bahwa tujuan mengangkat tema tersebut adalah untuk meningkatkan kesadaran akan peristiwa yang pernah terjadi dalam kasus Burning Sun.

Pihak penyelenggara menegaskan bahwa judul "Burning Sun Surabaya" bertujuan untuk menyampaikan pesan kepada semua orang, terutama perempuan dan penggemar musik K-pop, untuk tetap aman saat beraktivitas di kehidupan malam, terutama di klub dan acara pesta.

Selain itu, pemberian gelar "Best Honor" kepada Seungri dalam poster tersebut dimaksudkan oleh penyelenggara sebagai sebuah pengingat bahwa Seungri adalah salah satu pihak yang terlibat dalam kasus Burning Sun.

Sebelumnya, ada salah satu DJ yang dijadwalkan untuk tampil di acara "Burning Sun Surabaya" ini juga telah mengundurkan diri dari acara tersebut. Hal ini terjadi setelah DJ tersebut mendapatkan reaksi keras atau penolakan yang kuat dari masyarakat. 

(ipa)