News

Menilik Budidaya Jamur di Desa Tambakan Kampung Kanayakan Subang

Desa tambakan
BUDIDAYA JAMUR: Saefur Rohmat menunjukkan jamur hasil budidaya di Desa Tambakan. HADI MARTADINATA/PASUNDAN EKSPRES

SUBANG-Desa Tambakan khususnya Kampung Kanayakan, dikenal sebagai salah satu pusat budidaya jamur di Subang.  

Seorang pegawai di salah satu tempat budidaya jamur di sana, Saefur Rohmat, mengungkapkan proses yang cukup rumit dan penuh tantangan dalam membudidayakan jamur.

Menurut Saefur, proses budidaya jamur dimulai dengan penggunaan bahan-bahan utama seperti serbuk kayu, jagung, apu (abu sekam), kapur, dan huut (bibit jamur).

Pertama-tama, semua bahan tersebut dicampur hingga merata. Campuran ini kemudian dimasukkan ke dalam plastik berukuran kecil dan dikukus selama 8 hingga 10 jam, tergantung pada ukuran plastiknya. Setelah proses pengukusan selesai, campuran didinginkan sebelum diberi bibit jamur.

"Setelah diberi bibit, plastik-plastik tersebut dipindahkan ke rak untuk proses pemutihan yang memakan waktu sekitar satu bulan lebih," jelas Saefur. 

Proses pemutihan ini penting untuk memastikan jamur tumbuh dengan baik dan siap dipanen.

Usaha budidaya jamur ini telah berjalan selama lima tahun. Saefur menekankan bahwa pasar untuk jamur sangat tergantung pada produksi. 

"Jika jamur sedang banyak, maka pemasarannya juga banyak. Produk kami bahkan masuk ke daerah Cikopo," ujarnya.

Meski terlihat menjanjikan, usaha budidaya jamur ini tidak lepas dari berbagai kendala. Saefur menyebutkan masalah utama yang sering dihadapi adalah bibit yang tidak berhasil tumbuh serta kesulitan dalam proses pengukusan. 

Namun, ia juga menambahkan bahwa produk yang gagal masih bisa didaur ulang dengan mencampurnya kembali dengan bahan-bahan baru.

"Kendala paling diadukan antara bibit yang hitam yang gagal, dan proses pengukusan. Tapi produk gagal bisa didaur ulang diaduk lagi dan disamakan dengan yang baru," tambahnya.(hdi/ysp)

 

Berita Terkait