News

Kampanye Politik Lewat Baliho Tak Menarik Bagi Anak Muda di Subang

KAMPANYE: Baliho politik bertebaran di salah satu titik di Kabupaten Subang. MUHAMMAD FAISHAL/PASUNDAN EKSPRES

SUBANG-Penggunaan baliho, banner, dan semacamnya untuk kampanye dianggap tidak menarik dan informatif bagi anak muda Subang. 

Belakangan ini sering kali kita melihat baliho, banner, dan semacamnya bermuatan kampanye politik di mana saja, terutama di jalan raya, bahkan saking banyaknya seakan membuat lingkungan semakin terlihat kumuh. 

Tapi sebenarnya apakah metode kampanye seperti itu masih efektif untuk memberikan informasi kampanye kepada anak muda? 

Pasundan Ekspres melakukan wawancara kepada tiga orang dari Gmilenial di Subang mengenai darimana mereka sering mengonsumsi informasi kampanye dan seberapa efektifkah penggunaan baliho, banner, dan sebagainya dalam menarik anak muda. 

Sri Sakinah (17) mengaku lebih banyak mengonsumsi informasi kampanye lewat media sosial. "Sebagai pengguna twitter dan instagram, sebenarnya di twitter lebi banyak ditemukan. Terlebih biasanya random gitu kan timelinenya," ucapnya. 

Ia juga mengatakan, penggunaan baliho, banner dan semacamnya saat ini kurang efektif untuk menggaet suara anak muda. 

"Kurang menurutku, karena di jalan hanya melihat sekilas. Lebih baiknya para caleg dan capres lebih adapatif dan ikuti perkembangan," ucapnya. 

Begitu pula dengan Muhammad Andra Arrasyid (17), dirinya menganggap kampanye via media sosial lebih informatif dibanding dengan baliho, banner, dan semacamnya. 

"Kalau saya sendiri lebih banyak melihat di media sosial mengenai visi misi dan gagasannya karena lebih luas dan dapat melihat segala jejak digitalnya," ucapnya. 

Meskipun demikian, Ia merasa metode tersebut masih memiliki pengaruh meski sangat sedikit sekali. 

"Tapi tidak dipungkiri baliho di jalan pun terkadang masih saya sering telaah, walaupun terkadang tidak ada gagasan dari caleg-caleg di Kabupaten Subang," ucapnya. 

Cecep (23) senada dengan dua narasumber sebelumnya. Menurutnya cara 'tradisional' tersebut sudah tidak mempan untuk kalangan muda, namun masih dapat berfungsi untuk meramaikan suasana pemilu. 

"Konvensional gak ngaruh. Bagi saya, untuk merasakan ramainya Pemilu masih pengaruh. Tapi untuk membangun awareness dan preferensi memilih gak terlalu efektif," ucapnya. 

Dilansir dari laman goodstats.id bahwa mayoritas anak muda yaitu Generasi Z dan Milenial mengetahui informasi kampanye lewat media sosial. Sebagian besar dari mereka dapatkan informasi tersebut melalui platform insragram, tiktok, twitter/ X dan youtube.(fsh/ysp) 

Berita Terkait