Tak Sesuai Realita, Pasar Rakyat Sukamelang yang Kini Sepi Pedagang Bakal Ditinjau Langsung Pj Bupati Subang

TIDAK DIURUS: Kondisi Pasar Rakyat Sukamelang yang kumuh tidak terawat.
SUBANG-Pasar Rakyat Sukamelang, yang dibangun dengan anggaran sebesar Rp5,5 miliar, kini terlihat terbengkalai dan sepi pedagang.
Dibangun pada tahun 2014 dengan menggunakan anggaran APBN dan APBD provinsi, pasar ini awalnya diharapkan menjadi pasar bersih yang modern dan representatif. Namun, realitasnya sekarang jauh dari harapan.
Menanggapi hal tersebut, Pj Bupati Subang Imran berencana akan melakukan peninjauan ke Pasar Sukamelang jika dirasa memang memiliki kendala.
“Pasti akan saya cek, kalau ada masalah. Kalau memang yang kendala di lapangan,” terangnya saat diwawancarai Pasundan Ekspres, belum lama ini.
BACA JUGA: 2 Pria Peras Supir Truk Demi Miras Diamankan Polisi di Subang
Menurutnya pasar tersebut menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan Perdaganagan (DKUPP) dengan koordinator Asisten II pemohonan dan perekonomian.
“Saya juga nanti kalau emang ada masalah saya akan minta inspektorat untuk melakukan audit,” tegasnya.
Imran berharap adanya kerjasama DKUPP yang baik dan kolaboratif dengan inspektorat dikoordinasi oleh Asisten II termasuk UPTD yang di tingkat bawah.
Sementara itu, Kepala DKUPP Kabupaten Subang, Yayat Sudrajat menyampaikan, semua bisa berperan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Mulai dari pengunjung, pedagang. pengurus BP3 dan UPTD yang ada di pasar.
BACA JUGA: Ular Sanca Sepanjang 3 Meter Menutup Saluran Air Warga di Dangdeur, Damkar Gercep Evakuasi
“Demikian juga kehadiran pemerintah daerah sangat diharapkan baik dari sisi teknis maupun kebijakan,” terangnya saat dihubungi Pasundan Ekspres.
Dia mengatakan, salah satu yang memiliki tupoksi teknis untuk memfasilitasi kesehatan pasar di DKUPP memiliki Kepala Bidang Pasar.
Diberitakan sebelumnya, saat tim Pasundan Ekspres mengunjungi lokasi, ditemukan banyak tempat yang kosong dan kotor. Dinding-dinding pasar dipenuhi lumut, dan hanya ada dua pedagang yang masih berjualan di dalamnya.
Bangunan yang seharusnya menjadi pusat aktivitas ekonomi kini tampak kumuh dan tidak terawat.
Mei, seorang pedagang kunyit yang masih bertahan di pasar ini, menceritakan bahwa sejak pertama kali ia datang, kondisi pasar memang sudah memprihatinkan.
"Tempatnya memang sudah seperti ini (kumuh) saat saya datang. Prinsip saya adalah 'ngereyeuh', yang artinya dikerjakan saja sedikit-sedikit nanti juga ada hasilnya," ucapnya.
Mei mengatakan, fasilitas di pasar ini memang sejak awal sudah dalam kondisi yang kurang baik. Ia juga mengungkapkan bahwa pada tanggal 27 Juni lalu, ada kunjungan dari pemerintah dengan rencana untuk menjadikan pasar ini sebagai toko pakaian.
"Saya sudah sempat pindah lapak dan sudah ada yang memilih tempat-tempat, tapi sampai sekarang belum ada kelanjutannya lagi," kata Mei.