News

Apakah Pemilu 2024 Terburuk Sepanjang Sejarah Sejak 1995?

Apakah Pemilu 2024 Terburuk Sepanjang Sejarah Sejak 1995? (Sumber Foto Liputan6.com)
Apakah Pemilu 2024 Terburuk Sepanjang Sejarah Sejak 1995? (Sumber Foto Liputan6.com)

PASUNDAN EKSPRES- Saat ini, kita telah melalui suatu proses pemerintahan demokratis melalui pemilu yang baru saja berlangsung.

Banyak pihak menilai bahwa ini adalah momen yang perlu dievaluasi dan dikoreksi, bahkan ada yang menyebutnya sebagai pemilu terburuk sejak beberapa tahun terakhir.

Dalam pandangan saya, pemilu ini menghadirkan berbagai aspek yang perlu diperhatikan agar demokrasi tetap berjalan dengan baik di Indonesia.

Dikutip dari Youtube FISIP Universitas Indonesia dalam sebuah video mantan wakil presiden Pa Jusuf Kalla mengatakan Dalam beberapa kesempatan.

Beliau telah menyatakan bahwa pemilu ini bisa dianggap sebagai salah satu yang terburuk dalam sejarah pemilu sejak beberapa tahun belakangan.

Beliau melihat adanya potensi perubahan yang perlu diperhatikan, terutama terkait dengan cara pemilihan yang tampaknya diatur oleh minoritas.

Artinya, orang-orang yang memiliki kekuatan finansial dan kekuasaan pemerintahan tampaknya memiliki pengaruh yang besar dalam proses pemilihan ini.

Hari-hari ini, suasana politik di Indonesia terasa panas dan penuh dengan berbagai diskusi. Melalui berbagai media, kita disuguhkan oleh berbagai macam perdebatan dan pertikaian terkait masalah pemilu.

Meskipun kita mungkin merasa bosan dengan berita ini yang telah mendominasi liputan televisi selama berbulan-bulan, kita tidak bisa mengabaikan pentingnya memperhatikan perkembangan demokrasi di negara kita.

Penting untuk diingat bahwa demokrasi bukanlah tujuan, melainkan sebuah sistem. Tujuan utama kita sebagai masyarakat Indonesia adalah menciptakan sebuah negara yang adil dan makmur.

Sistem demokrasi diharapkan menjadi alat untuk mencapai tujuan ini, di mana pemerintahan berasal dari rakyat dan untuk rakyat, memberikan kebebasan kepada semua warganya.

Dalam konteks ini, perlu diakui bahwa demokrasi bukanlah satu-satunya jalan untuk mencapai kemakmuran.

Ada negara-negara yang makmur tanpa menerapkan sistem demokrasi, seperti Brunei di dekat kita. Di sisi lain, ada negara-negara demokratis yang tetap menghadapi tantangan ekonomi dan sosial.

Singapura, meskipun memiliki oposisi yang sangat kecil, berhasil membawa rakyatnya ke arah yang lebih baik.

Namun, perlu diingat bahwa setiap sistem memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, peran oposisi dalam menjaga keseimbangan dan memberikan koreksi perlu diapresiasi.

Di Indonesia, konsep oposisi mungkin tidak sejelas di negara-negara lain, tetapi peran partai oposisi atau penyeimbang tetap penting untuk menjaga agar pemerintahan tetap akuntabel dan berdaya saing.

Sejarah demokrasi di Indonesia pun telah mengalami berbagai evolusi. Dari zaman Bung Karno hingga era Orde Baru, hingga demokrasi Pancasila, kita kini berada dalam fase demokrasi yang lebih terbuka.

Meskipun begitu, kita perlu terus mengidentifikasi dan mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dalam sistem ini.

Sebagai penutup, penting untuk mengingat bahwa pemilu dan demokrasi adalah alat untuk mencapai keadilan dan kemakmuran.

Diperlukan kewaspadaan dan koreksi yang terus-menerus agar sistem demokrasi tetap berfungsi sesuai dengan tujuannya.

Dengan menjaga keberagaman pendapat dan memberikan ruang bagi kritik yang konstruktif, kita dapat membangun masyarakat Indonesia yang lebih baik di masa depan.

Berita Terkait