Oleh: Nida Fitria, S.Mat
Mahasiswa pascasarjana di program S2 Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia
Matematika, bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, ia merupakan kunci utama untuk membuka pintu gerbang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain, ia kerap menjadi momok menakutkan bagi sebagian besar siswa. Ketakutan ini bukan tanpa alasan. Matematika sering disalahpahami sebagai deretan angka dan rumus yang kaku dan membingungkan. Namun, hakikatnya, matematika adalah ilmu yang indah dan penuh makna. Ia membantu kita memahami dunia di sekitar kita, melatih kemampuan berpikir kritis dan logis, serta mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai tantangan di masa depan.
Seiring perkembangan zaman, metode pengajaran matematika pun terus berinovasi.
Kini, dengan kemajuan teknologi dan media sosial, guru memiliki banyak pilihan untuk membuat pembelajaran matematika lebih menarik dan interaktif. Salah satu cara yang efektif adalah dengan memanfaatkan eksperimen sosial dan observasi partisipan.
Eksperimen sosial adalah metode penelitian yang melibatkan manipulasi variabel dan observasi perilaku manusia dalam situasi sosial tertentu. Bayangkan sebuah kelas matematika. Guru ingin mengetahui bagaimana siswa bereaksi terhadap metode pengajaran baru. Dia membagi kelas menjadi dua kelompok dan memberikan mereka tugas yang sama dengan cara yang berbeda. Kelompok pertama menerima tugas dalam bentuk teks tertulis, sedangkan kelompok kedua menerima tugas dalam bentuk video animasi. Guru kemudian mengamati bagaimana kedua kelompok menyelesaikan tugas dan membandingkan hasilnya.
Eksperimen sosial ini memungkinkan guru untuk mempelajari bagaimana metode pengajaran yang berbeda dapat memengaruhi pembelajaran siswa. Eksperimen sosial tidak hanya dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran matematika, tetapi juga untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan kreativitas siswa. Dengan terlibat dalam eksperimen sosial, siswa dapat melihat matematika dalam konteks kehidupan nyata dan menemukan aplikasi praktisnya. Hal ini dapat membantu siswa untuk memahami matematika dengan lebih baik dan membuatnya lebih tertarik untuk mempelajari lebih lanjut.
Eksperimen sosial tidak selalu memungkinkan untuk dilakukan di kelas. Di sinilah observasi partisipan dapat menjadi alat yang berharga. Observasi partisipan adalah metode penelitian di mana peneliti terlibat langsung dalam situasi yang diamati. Bayangkan seorang guru yang ingin mengetahui bagaimana siswa berinteraksi satu sama lain dalam menyelesaikan tugas matematika. Guru tersebut dapat duduk bersama siswa di kelas dan mengamati bagaimana mereka bekerja sama, bertukar ide, dan menyelesaikan masalah. Dengan mebatkan diri secara langsung, guru dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana mereka berinteraksi dengan matematika.
Observasi partisipan dapat membantu guru untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa, mengembangkan strategi pengajaran yang lebih efektif, dan membangun hubungan yang lebih kuat dengan siswa. Hal ini dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dan mendukung di mana siswa merasa nyaman untuk belajar dan berkembang.
Di era digital ini, peran guru tidak hanya terbatas pada mengajar di dalam kelas. Kini, guru juga memiliki peluang untuk menjadi influencer yang dapat menjangkau jutaan orang melalui media sosial. Guru influencer adalah guru yang memanfaatkan media sosial untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka dalam mengajar matematika. Mereka dapat membuat video tutorial, menulis blog, atau mengadakan webinar untuk menjelaskan konsep matematika dengan cara yang mudah dipahami dan menarik. Mereka juga dapat menunjukkan bagaimana matematika dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga membuat siswa lebih tertarik untuk mempelajarinya.
Kehadiran guru influencer telah memberikan dampak yang positif bagi pendidikan matematika. Mereka telah membantu siswa untuk memahami matematika dengan lebih baik, meningkatkan motivasi belajar, dan membangun rasa percaya diri. Mereka juga telah membantu guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan menjangkau lebih banyak siswa.
Peran penting guru influencer ini diiringi dengan tanggung jawab yang besar. Ketika melakukan eksperimen sosial dan observasi partisipan, guru influencer harus memahami dan mematuhi etika penelitian. Hal ini penting untuk memastikan bahwa penelitian dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab dan tidak merugikan pihak-pihak yang terlibat.
Berikut beberapa prinsip penting dalam etika penelitian:
• Informed consent: Partisipan dalam penelitian harus diberikan informasi yang lengkap dan akurat tentang penelitian dan harus memberikan persetujuan untuk berpartisipasi.
• Kerahasiaan: Data dan informasi yang diperoleh dari partisipan harus dijaga kerahasiaannya.
• Tidak ada bahaya: Penelitian tidak boleh membahayakan partisipan secara fisik atau psikologis.
• Keadilan: Semua partisipan harus diperlakukan dengan adil dan hormat.
Memahami etika penelitian adalah kunci utama bagi guru influencer untuk menjadi influencer yang bertanggung jawab dan etis. Namun, merancang dan melaksanakan eksperimen sosial atau observasi partisipan di kelas membutuhkan perencanaan dan persiapan yang matang. Berikut beberapa tips dan trik yang dapat membantu guru influencer:
1. Pilihlah topik yang menarik dan relevan dengan siswa.
Langkah pertama adalah memilih topik yang menarik dan relevan dengan siswa. Pertimbangkan tingkat pemahaman mereka, minat mereka, dan tujuan pembelajaran yang ingin Anda capai. Topik yang menarik akan membuat siswa lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam eksperimen dan observasi partisipan, serta akan menghasilkan data yang lebih berharga.
2. Buatlah Tujuan yang jelas dan terukur.
Untuk eksperimen sosial membuatuhkan sebuah hipotesis. Hipotesis adalah pernyataan yang dapat diuji tentang apa yang Anda harapkan akan terjadi dalam eksperimen. Hipotesis yang baik harus jelas, terukur, dan dapat diuji. Hal ini akan membantu Anda untuk menganalisis data yang diperoleh dan untuk menarik kesimpulan yang valid.
3. Rancanglah prosedur yang terperinci dan sistematis.
Prosedur adalah langkah-langkah yang akan Anda ikuti untuk melakukan eksperimen. Prosedur yang baik harus terperinci, sistematis, dan mudah dipahami oleh semua partisipan. Hal ini akan membantu Anda untuk memastikan bahwa eksperimen dilakukan dengan cara yang konsisten dan dapat diulang.
Prosedur yang paling utama dilakukan pada observasi partisipan adalah Rencana. Rencana observasi harus mencakup informasi tentang apa yang ingin Anda amati, bagaimana Anda akan mengamati, dan kapan Anda akan mengamati. Anda juga harus menentukan peran Anda dalam observasi, apakah Anda akan bertindak sebagai pengamat yang pasif atau partisipan aktif.
4. Pilihlah metode penelitian yang tepat.
Ada berbagai metode penelitian yang dapat digunakan untuk melakukan eksperimen sosial. Metode yang tepat akan tergantung pada topik yang Anda pilih dan tujuan pembelajaran yang ingin Anda capai. Beberapa metode penelitian yang umum digunakan dalam eksperimen sosial termasuk survei, wawancara, dan observasi. Sedangkan metode pengumpulan data yang umum digunakan dalam observasi partisipan termasuk catatan lapangan, jurnal, dan foto.
5. Dapatkan persetujuan yang diperlukan.
Sebelum Anda melakukan eksperimen sosial, Anda harus mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang, seperti kepala sekolah atau komite etik penelitian. Anda juga harus mendapatkan persetujuan dari semua partisipan dalam eksperimen.
Berbeda halnya pada observasi partisipan, sebelum Anda memulai observasi, penting untuk membangun hubungan baik dengan siswa. Hal ini akan membuat mereka lebih nyaman dengan kehadiran Anda dan lebih terbuka untuk berinteraksi dengan Anda.
6. Pastikan data yang dikumpulkan valid dan reliabel.
Validitas dan reliabilitas data adalah penting untuk memastikan bahwa hasil eksperimen Anda dapat dipercaya. Gunakan metode pengumpulan data yang valid dan reliabel, seperti survei yang terstruktur atau wawancara yang terstandarisasi.
Agar hasil data valid dan reliabel, saat Anda melakukan observasi, amatilah dengan cermat apa yang terjadi di sekitar Anda dan catatlah apa yang Anda lihat. Perhatikan perilaku siswa, interaksi mereka satu sama lain, dan bagaimana mereka menggunakan bahasa. Karena jika kita hanya mengandalkan ingatan tentu saja data yang terkumpul tidak akan valid.
7. Analisis data dengan cara yang tepat.
Setelah Anda mengumpulkan data, Anda harus menganalisisnya dengan cara yang tepat. Gunakan metode analisis data yang sesuai dengan jenis data yang Anda kumpulkan.
8. Tarik kesimpulan yang valid dan lakukan tindakan yang sesuai.
Berdasarkan analisis data, Anda dapat menarik kesimpulan tentang hasil eksperimen Gunakan kesimpulan ini untuk melakukan tindakan yang sesuai, seperti mengembangkan strategi pengajaran yang baru atau mengubah kurikulum.
9. Bagikan hasil penelitian Anda dengan orang lain.
Penting untuk membagikan hasil penelitian Anda dengan orang lain, seperti guru lain, peneliti, dan pembuat kebijakan. Hal ini dapat membantu untuk meningkatkan pemahaman tentang bagaimana siswa belajar matematika dan untuk mengembangkan praktik pengajaran yang lebih efektif.
Dengan mengikuti tips dan trik yang telah dibahas dalam artikel ini, guru influencer dapat memanfaatkan kekuatan media sosial dan metode pengajaran inovatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika bagi semua siswa.
Terima kasih kepada pembaca atas perhatiannya. Semoga artikel ini bermanfaat bagi guru, peneliti, dan pembuat kebijakan yang ingin meningkatkan kualitas pendidikan matematika di Indonesia.
Sumber:
• https://www.niehs.nih.gov/research/resources/bioethics/whatis
• https://www.crs.org/our-work-overseas/research-publications/code-conduct-and-ethics
• http://www.compliance.uci.edu/ethical-values.php
• https://en.wikipedia.org/wiki/Social_experiment
• https://associacaomcsc.com.br/item/24id113.html
• https://www.imdb.com/title/tt14631276/
• https://en.wikipedia.org/wiki/Mathematics_education
• https://en.wikipedia.org/wiki/Participant_observation
• https://eprints.umm.ac.id/129/4/BAB%20III.pdf
• http://repository.upi.edu/49479/6/S_PKH_1403869_Chapter3.pdf
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3908931/