Limbah diapers sering kali menjadi masalah lingkungan yang sulit diatasi, namun di Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang, inovasi luar biasa berhasil dikembangkan.
Melalui program Purnama, limbah diapers diolah menjadi pot bunga yang ramah lingkungan. Program ini menjadi contoh nyata bagaimana pemberdayaan masyarakat dapat berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan.
Program Purnama merupakan inisiatif dari Ikatan Migrant Workers Association (IMWA), yang dipimpin oleh Supianto, seorang purna Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang pernah bekerja di Taiwan dari tahun 2014 hingga 2019.
Bersama 63 anggota komunitas lainnya, Supianto membentuk program ini dengan dukungan dari PT Pertamina EP Subang Field sejak tahun 2022.
Tujuan utamanya adalah memberdayakan para purna migran yang telah kembali ke tanah air, sekaligus mengedukasi calon TKI agar bekerja melalui jalur yang benar.
Supianto memulai kariernya sebagai TKI di Taiwan dengan harapan untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya.
"Dulu saya berangkat kerja ke luar negeri dengan harapan ingin memperoleh penghasilan banyak dan merubah ekonomi keluarga, terus saya juga memiliki keinginan berangkat TKI pulang sarjana," kenang Supianto.
Setelah kembali ke Indonesia, ia mendirikan komunitas peduli lingkungan bersama teman-temannya. Mereka mulai dengan membersihkan bantaran sungai di Pantura, yang kemudian berkembang menjadi program pemberdayaan berbasis lingkungan, termasuk inovasi mengubah limbah diapers menjadi pot bunga.
Melalui program Purnama, Supianto berharap para purna TKI tidak perlu kembali bekerja ke luar negeri, tetapi dapat mandiri secara ekonomi di kampung halaman mereka.
"Dengan adanya program Purnama dari Pertamina EP, kami terbantu dari segi ekonomi. Harapan kami, para purna TKI berdaya di sini, tidak perlu kembali lagi ke luar negeri," ungkapnya.
Inovasi mengubah limbah diapers menjadi pot bunga menjadi salah satu karya yang dihasilkan dari program ini. Ide ini muncul dari kebutuhan untuk mengatasi masalah limbah diapers yang mencemari lingkungan, terutama di daerah pedesaan.
Melalui serangkaian pelatihan, para anggota komunitas diajari bagaimana mengolah diapers bekas menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi.
Limbah diapers yang sebelumnya menjadi masalah lingkungan kini diolah menjadi bahan baku pot bunga. Dengan teknik tertentu, diapers bekas dibersihkan, diolah, dan dipadatkan hingga menjadi pot yang kokoh dan menarik. Pot bunga ini kemudian dipasarkan ke berbagai tempat, dan menjadi salah satu produk unggulan dari program Purnama.
Tidak hanya menciptakan produk bernilai ekonomis, kegiatan ini juga membantu mengurangi pencemaran lingkungan. Proses pengolahan limbah diapers yang diterapkan memastikan bahwa bahan berbahaya dari diapers diolah dengan benar, sehingga tidak mencemari tanah dan air.
Berbagai inovasi yang dihasilkan oleh program Purnama telah mendapatkan pengakuan di tingkat kabupaten dan provinsi.
Beberapa produk yang dihasilkan oleh komunitas ini telah memenangkan berbagai kompetisi, menunjukkan bahwa inovasi dari purna migran ini memiliki daya saing tinggi.
Supianto berharap, dengan adanya program ini, lebih banyak purna TKI yang terinspirasi untuk kembali dan berkarya di tanah air.
“Kami ingin menunjukkan bahwa purna migran tidak hanya bisa sukses di luar negeri, tetapi juga bisa berdaya dan mandiri di kampung halaman. Ini adalah bentuk bakti kami untuk negeri,” tuturnya.
Melalui Purnama, para purna migran di Kecamatan Compreng tidak hanya berkontribusi terhadap perekonomian lokal, tetapi juga terhadap pelestarian lingkungan.
Inovasi sederhana, seperti mengubah limbah diapers menjadi pot bunga, menjadi bukti bahwa keberlanjutan lingkungan dan pemberdayaan ekonomi dapat berjalan beriringan.(cdp/ysp)