Daya Tarik Montessori – Metode Pembelajaran Anak PAUD

Daya Tarik Montessori – Metode Pembelajaran Anak PAUD

1. The Absorbent Mind 

Pada usia sejak lahir hingga sekitar usia 3 tahun, anak berada dalam absorbent mind/pikiran yang mudah menyerap dalam bawah sadar, dan selama masa itu anak menjelajahi lingkungan melalui indera dan gerakan serta menyerap bahasa budaya sekitarnya. Pada masa ini anak menyerap pengalaman tapi tidak disadarinya. Contohnya, ketika anak belajar bahasa. Orang tuanya tidak pernah mengajarkannya. Bahasa diperoleh anak tanpa usaha secara sadar. Bahasa diserap oleh bayi dari ritme, bunyi dan kosa kata ibunya secara alami dan tidak sadar

 

2. The Conscious Mind 

Pada tahap kedua usia 3 hingga 6 tahun, kemampuan anak dalam menyerap tidak lagi (absorbend mind) melainkan menjadi conscious mind. Bahwasanya pada masa bayi sampai umur 3 tahun ketika otak meyerap dilakukannya secara alami dan sadar, namun setelah usia 3 hingga 6 tahun kemampuan anak dalam menyerap menjadi sadar dan memiliki tujuan. Anak menjadi lebih aktif dalam mengekplorasi lingkungannya secara sadar. Proses pembelajaran selama periode ini adalah aktif. Hal ini berimplikasi pada pemberian kebebasan terhadap anak. Dengan memberikan kebebasan kepada anak, anak dapat mengembangkan semua potensi yang dimilikinya. Anak diberikan kebebasan memilih apa yang disukainya. Guru tidak boleh memaksakan materi tertentu kepada anak. guru hanya berfungsi sebagai fasilitator. Kebebasan ini bertujuan agar ketika tiba masa peka terhadap suatu kemampuan yang mendorong untuk melatih satu fungsi, anak akan dapat berlatih sesuka hatinya. Pendidikan sudah selayaknya untuk tidak dibebankan kepada anak. Lingkungan belajar harus diciptakan dalam suasana yang kondusif yang memberikan kesempatan kepada anak untuk bertindak secara bebas dan mengembangkan dirinya sendiri dalam garis - garis mata batinnya sendiri. Montessori merasa bahwa kebebasan dalam lingkungan yang telah dimodifikasi ini sangatlah penting untuk perkembangan fisik, mental, dan spiritualnya.

 

3. The Sensitive Periods (Periode Sensitif) 

Metode Montessori berfokus pada periode-periode sensitif yang masuk dalam otak penyerap. Berdasarkan observasinya terhadap anak-anak, Montessori memberitahukan bahwa melalui tahapannya ketika mereka tetap mengulang-ulang aktivitasnya lagi dan lagi, artinya mereka menyerap semua yang dilakukannya secara sadar yati sesuatu yang hanya menarik baginya. 

 

Implementasi Metode Montessori di PAUD

 Implementasi Metode Montessori di PAUD
Implementasi Metode Montessori di PAUD-null

 

Materi pembelajaran pertama yang akan ditemui anak kelas Montessori adalah kelas yang membentuk keterampilan hidup. Aktivitas pertama ini yaitu melibatkan penggunaan bahan yang berbeda, menggunakan peralatan seperti gunting, penjepit, dan sendok. Aktivitas lainnya yang bisa dilakukan anak misalnya membersihkan dengan sapu, menyiapkan makanan ringan, meletakkan meja, mencuci piring, membuka kancing baju, dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan anak untuk hidup mandiri dan membangun kontrol motorik kasar dan halus anak serta koordinasi mata-tangan, untuk memperkenalkan mereka pada siklus pemilihan, permulaan, menyelesaikan dan membereskan suatu kegiatan dan untuk memperkenalkan aturan dalam pengaturan ruang kelas 

Aktivitas kedua yang penting adalah aktivitas sensori. Pada aktivitas sensori, anak dapat belajar tentang membedakan warna dan bentuk, mengelompokkan benda sesuai warna, bentuk dan jenisnya serta belajar tentang kosa kata. 

Aktivitas ketiga adalah aktivitas bahasa. Pada aktivitas bahasa ini, lebih ditekankan bahasa lisan anak. Anak dapat mengekspresikan keinginannya melalui bahasa lisan. Setiap pelaksanaan aktivitas pembelajaran, anak menggunakan bahasa lisan dengan penggunaan kosa kata yang tepat. Pembelajaran dalam aktivitas bahasa bukan hanya berbicara saja, anak juga belajar mendengarkan. Contohnya yaitu berbicara di depan teman-teman (memperkenalkan diri dengan singkat) dan bernyanyi lagu-lagu tentang anggota tubuh.

Aktivitas keempat adalah aktivitas matematika. Pada aktivitas matematika, anak diajarkan konsep pemahaman matematika dengan material konkret. Contohnya anak menghitung jumlah anggota tubuh sendiri.

Aktivitas kelima adalah aktivitas kultural. Pembelajaran pada aktivitas kulkural, lebih banyak melakukan praktek, seperti percobaan sains, mempelajari tentang tumbuhan, sejarah, dan geografi yang disajikan oleh guru dengan sederhana. 

Kelima area pada metode Montessori saling memiliki keterkaitan dan dalam pembelajarannya diperkenalkan secara bersamaan, sehingga tidak ada kewajiban untuk anak menguasai satu area saja. Area yang menjadi pondasi dasar dalam metode Montessori adalah area practical life dan area sensori. Pengenalan pertama untuk anak ketika pertama kali bersekolah di sekolah Montessori adalah pengenalan aktivitas keterampilan hidup dan aktivitas sensori.


Berita Terkini