News

Kisah Engkay Karweti yang Bangga Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus Selama 35 Tahun

SLB Negeri Subang
MENGAJAR: Guru SLB Negeri Subang Engkay Karweti sedang mengajar anak didiknya. MUHAMMAD FAISHAL/PASUNDAN EKSPRES

SUBANG-Guru SLB Negeri Subang, Engkay Karweti menceritakan bagaimana awal dirinya berkecimpung di dunia pendidikan sekolah luar biasa. Selama 35 tahun dia mengabdi untuk pendidikan.

"Saya sudah masuk ke dunia SLB sejak tahun 1989. Sejak lulus kuliah saya mengabdi di SLB Tuntunan Bahagia yang kemudian tidak ada rimbanya karena bangkrut. Setelah itu pindah ke sekolah ini (SLB Negeri Subang, red) yang pertama kali dibangun pada tahun 2000," ucapnya. 

Dia kuliah D2 Jurusan Tunarungu di Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) yang sekarang masuk dalam Departemen Pendidikan Khusus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). 

Ia mengatakan, menjadi Guru SLB sebelumnya tidak pernah terlintas dalam benaknya sama sekali. 

"Waktu itu belum ada bayangan, ketika daftar kuliah pun awalnya saya hanya ikut-ikutan teman, tetapi malah saya yang masuk. Saat itu saya hanya ingin menjadi Duta Anak Luar Biasa saja, tapi berakhir menjadi Guru Luar Biasa. Bahkan ketika orang tua saya pertama kali menengok, dia kaget dan khawatir. Ketika ditanya saya hanya bilang 'nanti juga bisa mengajar di sekolah umum'", ucapnya. 

Namun, setelah dirinya berada di dunia SLB dalam waktu yang lama, rasa kepeduliannya kepada anak-anak berkebutuhan khusus semakin besar. 

"Semakin lama, semakin saya tahu, semakin saya peduli. Ketika saya merasa berputus asa atau sakit hati lalu turun mengajar di sini hilang semua rasa itu, yang ada hanya rasa syukur," ucapnya. 

Engkay merasa sedih ketika dirinya tidak bisa memberikan apa yang anak-anak didiknya perlukan. 

"Saya merasa sedih ketika kita tidak bisa memberikan apa yang mereka (anak luar biasa) butuhkan, namun kita terus berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk mereka," ucapnya. 

Kebahagiaan bagi Engkay adalah ketika dirinya mengetahui bahwa anak didiknya telah berhasil melakukan apa yang telah dirinya ajarkan. 

"Kebahagiaan tersendiri buat saya ketika ada laporan dari orang tua murid bahwa anaknya sudah bisa melakukan apa yang kita ajarkan di sekolah, seperti bersih-bersih di rumah, bangun pagi, dan lain sebagainya," ucapnya. 

Menurutnya, berbeda dengan para peserta didik pada umumnya, di SLB para guru yang harus menyesuaikan dengan para peserta didiknya dan bukan sebaliknya. 

"Sesuatu yang lebih menguras energi ketika menghadapi anak-anak yang di luar dugaan baik emosinya, ataupun gaya bergaulnya. Ketika di sekolah, kita guru yang harus menyesuaikan, bukan mereka yang menyesuaikan kita, berbeda dengan di sekolah umum yang harusnya sebaliknya," ucapnya. 

Engkay memiliki perhatian terhadap pendidikan anak berkebutuhan khusus. Menurutnya, masih banyak orang tua yang belum paham tentang pendidikan anak berkebutuhan khusus. 

"Banyak orang tua di luar sana yang belum dapat menerima bahwa anaknya itu luar biasa. Maka dari itu, diperlukan sosialisasi kepada mereka, karena treatment yang digunakan kepada masing-masing anak berbeda," ucapnya. 

Berangkat dari sana, Ia mengatakan bahwa SLB Negeri Subang melakukan 'jemput bola' dengan menggunakan program penjaringan disamping PPDB. 

"Oleh sebab itu di dalam PPDB kita juga melakukan program penjaringan secara mandiri, meskipun hal tersebut tidak ada dalam PPDB. Ini merupakan bentuk kepedulian kita terhadap dunia anak berkebutuhan khusus, karena masih banyak orang tua yang belum memahami bahwa anaknya perlu pendidikan dan pergaulan," ucapnya. 

Program penjaringan tersebut bahkan dilakukan hingga empat kecamatan di Subang, diantaranya seperti Cibogo, Subang, Serang Panjang, dan Pagaden Barat. 

Selain itu, Ia juga bilang terdapat orang tua yang kesulitan untuk menyekolahkan anaknya di SLB Negeri. 

"Ada yang sudah mengerti tetapi tidak punya ongkos transport ke sini karena jauh dan ekonominya juga terbilang dibawah standar. Kadang dari kita ada yang sanggup membantu dengan sukarela," ucapnya. 

Diketahui, di Kabupaten Subang hanya ada dua SLB Negeri, yaitu SLB Negeri Subang dan SLB Megeri Trituna. Selain itu ada SLB Swasta yang berjumlah delapan. 

Sebagai penutup, Engkay berharap agar anak didiknya setelah sekolah di SLB dapat berbaur dengan masyarakat dan bahagia dimanapun. 

"Harapannya secara sederhana agar mereka dapat berbaur ketika turun di masyarakat, dan yang terpenting dapat bahagia dimanapun mereka berada," ucapnya.(fsh/ysp) 

 

Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua