SUBANG– Kabupaten Subang mencatat sejarah baru dalam sektor pertanian dengan keberhasilan ekspor perdana buah nanas ke Korea Selatan, tepatnya ke kota Kimchen.
Pengiriman pertama ini dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2024 dengan jumlah pengiriman mencapai 5 ton buah nanas.
Ini merupakan pencapaian luar biasa bagi para petani nanas di Subang, khususnya dari wilayah Jalancagak.
Indra Zainal, Kepala Desa Jalancagak yang juga menjabat sebagai Pembina Paguyuban Petani dan Pedagang Nanas (Papanas), menjelaskan latar belakang ekspor ini.
Pada awal Agustus, Indra dihubungi oleh seorang warga Jalancagak yang memiliki hubungan dekat dengan seorang warga Korea yang cukup berpengaruh di kota Kimchen.
"Pada tanggal 5 Agustus, saya dihubungi oleh warga kami yang menikah dengan orang Korea. Kebetulan suaminya ini memiliki pengaruh di kota Kimchen dan sedang mencari pemasok nanas untuk memenuhi kebutuhan di kota tersebut," jelas Indra kepada Pasundan Ekspres Kamis, (15/8).
Melihat peluang ini, Indra segera menghubungi para petani nanas di Jalancagak. Sebagai pembina Paguyuban Papanas, ia mempertemukan petani nanas dengan pihak Korea yang membutuhkan pasokan nanas.
"Kami memiliki Paguyuban Papanas yang sudah berjalan, dan kebetulan saya sebagai pembina. Maka, saya mempertemukan mereka dengan pengurus paguyuban, dan alhamdulillah pada tanggal 5 Agustus itu terjadi kesepakatan untuk mulai pengiriman nanas pada tanggal 19 Agustus," tambahnya.
Indra menjelaskan, nanas yang akan dikirim telah dipanen pada tanggal 15 Agustus, sesuai dengan permintaan pihak Korea yang datang langsung untuk melakukan kontrol kualitas ke lapangan.
Setelah melihat kualitas nanas yang dihasilkan, pihak Korea memutuskan untuk menggunakan nanas dari Jalancagak sebagai pasokan utama mereka.
"Pihak Korea melakukan kontrol langsung ke lapangan, dan setelah melihat kualitas nanas kita, mereka memutuskan untuk mengambil nanas dari Jalancagak," ungkap Indra.
Untuk pengiriman pertama ini, kota Kimchen meminta pengiriman sebanyak 5 ton nanas.
Indra berharap pengiriman ini akan menjadi awal dari kerjasama yang berkelanjutan, dengan estimasi pengiriman secara berkala setiap dua hingga tiga minggu sekali.
"Pada pengiriman pertama ini, diminta 5 ton nanas, dan ke depannya diharapkan pengiriman ini akan terus berlanjut secara berkala," kata Indra.
Pengiriman nanas ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi petani nanas di Jalancagak, tetapi juga menjadi titik terang bagi masa depan industri nanas di Subang.
Indra mengungkapkan bahwa selama ini petani nanas sering menghadapi kesulitan dalam penjualan, terutama ketika harga pasar turun.
Kondisi ini menyebabkan banyak nanas yang terbuang karena busuk sebelum sempat terjual.
Dengan adanya kerjasama ekspor ini, diharapkan para petani dapat lebih stabil dalam memasarkan produk mereka.
"Selama ini, petani nanas sering kesulitan menjual hasil panennya, terutama saat harga turun. Banyak nanas yang akhirnya busuk. Dengan adanya kerjasama ekspor ini, kami berharap kondisi ini dapat berubah dan petani bisa lebih stabil," ujar Indra dengan penuh harapan.
Selain itu, Indra juga menekankan pentingnya menjaga keberlanjutan pertanian nanas di Subang.
Menurutnya, nanas adalah ikon Subang yang harus terus dijaga dan dikembangkan. Namun, ia juga menyampaikan kekhawatirannya terkait dengan tanah-tanah yang digarap oleh petani nanas, yang sebagian besar merupakan tanah eks HGU PTPN yang mungkin suatu saat diperlukan oleh negara.
"Sebagai pembina, saya khawatir tentang masa depan petani nanas jika tanah eks HGU PTPN yang mereka garap suatu saat diperlukan oleh negara. Ini menjadi PR besar bagi kami untuk mencari solusi agar petani tidak kehilangan lahan," ungkap Indra.
Dalam posisinya sebagai Kades Jalancagak dan pembina Papanas, Indra merasa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa petani nanas memiliki masa depan yang aman dan sejahtera.
Ia berharap pemerintah dapat memberikan perhatian khusus kepada para petani nanas, terutama mereka yang belum memiliki lahan secara legal, agar tetap dapat berproduksi dan berkontribusi bagi perekonomian daerah.
"Kami membuat paguyuban ini untuk memperkuat posisi petani nanas, terutama mereka yang belum memiliki lahan secara legal. Saya berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih agar petani ini tetap bisa berproduksi," harap Indra.
Di sisi lain, ekspor nanas ini juga merupakan prestasi besar bagi Paguyuban Papanas, yang selama ini hanya berfokus pada penjualan lokal, seperti ke pasar induk dan jongko-jongko di pinggir jalan.
Dengan berhasilnya ekspor ini, Paguyuban Papanas kini telah melangkah ke pasar internasional, yang diharapkan akan membuka lebih banyak peluang bagi para petani nanas di Subang.
"Dulu, pasar kami hanya sebatas pasar induk dan jongko-jongko. Sekarang, dengan berhasilnya ekspor ini, kami telah melangkah ke pasar internasional, dan ini menjadi prestasi besar bagi Paguyuban Papanas," ujar Indra dengan bangga.
Kesuksesan ekspor ini menjadi langkah awal yang positif untuk pengembangan industri nanas di Subang.
Diharapkan, kerjasama dengan pihak Korea ini dapat menjadi pintu pembuka bagi ekspor ke negara-negara lain, sehingga potensi nanas Subang dapat dikenal lebih luas di kancah global.
"Ini adalah langkah awal yang positif. Kami berharap kerjasama dengan pihak Korea ini dapat membuka pintu bagi ekspor ke negara lain, sehingga nanas Subang dapat dikenal lebih luas," pungkas Indra.(hdi)