Dony Purnomo
Guru Geografi SMAN 1 Purwantoro
Perubahan kurikulum dalam pendidikan adalah sebuah keniscayaan, seiring dengan perubahan zaman yang bergek begitu cepat. Kurikulum sebagai pedoman dalam proses pembelajaran di sekolah memegang peran penting dalam membentuk generasi yang akan datang. Namun, nyatanya kurikulum yang berubah sering membuat kegaduhan dikalangan guru. Fenomena guru gagap kurikulum kerap menghantui dunia pendidikan di Indonesia. Bagaiman fenomena ini sering terjadi di Indonesia dan apa dampaknya dalam proses pembelajaran?
Seperti yang kita ketahui hingga saat ini, Indonesia adalah salah satu Negara yang sering mengganti kurikulum pendidikan.
Bahkan, terkesan setiap ganti menteri mereka menelorkan kurikulum baru. Perubahan kuirkulum ini harapannya dapat menyesuaikan tuntutan zaman dan berdampak pada peserta didik.Namun, kenyatannya perubahan kurikulum di Indonesia kerap kali dilakukan terburu-buru tanpa persiapan dan sosialisasi yang memadai sehingga menimbulkan kebingungan dikalangan guru. Guru sebagai pelaksana di lapangan seringkali mengalami kewalahan terhadap perubahan ini.
Menjadi hangat perbincangan dikalangan guru mengenai kurikulum deep learning. Meskipun pemerintah belum resmi mengumumkan penerapan kurikulum tersebut namun telah menjadi perbincangan hangat dikalangan guru. Lebih-lebih saat ini banyak perkumpulan maupun praktisi yang menggelar pelatihan maupun webinar mengenai deep learning.
Mengenai wacana kurikulum deep learning ini cukup membuat kegaduhan dikalangan guru. Hal ini wajar karena pengalaman penerapan kurikulum merdeka lalu membuat guru harus meraba-raba kurikulum sendiri karena minimnya kegiatan pelatihan guru. Tak mau bernasib seperti penerapan kurikulum merdeka, para guru mulai bersiap-siap dalam memahami deep learning.
Ketidakmampuan guru dalam menerapkan kurikulum di sekolah memiliki dampak yang signifikan dalam proses pembelajaran.
Peserta didik menjadi korban langsung karena ketidaksiapan guru dalam menerapkan kurikulum di sekolah. Metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum membuat kegiatan pembelajaran tidak mampu mencapai tujuan kurikulum yang telah ditetapkan. Lebih lagi, kegiatan penyesuaian diri terhadap kurikulum menyita fokus dan konsentrasi guru dalam menyelenggarakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Hal ini dalam jangka panjang akan mempengaruhi motivasi belajar peserta didik dan menurunkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Untuk mengatasi gagap kurikulum ini diperlukan upaya yang terencana dan dan holistik diantaranya:
Pertama, Mengoptimalkan kegiatan pelatihan. Kegiatan pelatihan hendaknya tidak hanya sebatas teori dan ceramah mengenai teori-teori melainkan perlu adanya pemantauan hasil pelatihan. Pola pelatihan in-on-in dapat menjadi pilihan dalam memberikan pelatihan. Guru diberikan teori mengenai materi kurikulum kemudian diminta menerapkan ke dalam pembelajaran di sekolah kemudian dipantau dan diminta melaporkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan sehingga akan diketahui sejauh mana pemehaman dan penerapan di sekolah.
Kedua, Penyederhanaan administrasi. Saat ini kegiatan pembelajaran di Indonesia masih dipenuhi hal-hal yang bersifat administratif sehingga kegiatan pembelajaran menjadi terbengkelai karena pemenuhan administrasi dalam kepegawaian maupun dari tuntutan kurikulum. Kedepan perlu menyederhanakan adminsitrasi guru sehingga guru fokus untuk mengajar.
Ketiga, Konsitensi dalam kebijakan. Dalam penerapan kurikulum hendaknya dikaji secara matang dan jangan terburu-buru untuk diterapkan sehinga masih banyak kekurangan dalam penerapannya. Uji coba di lapangan dan masukan para guru di lapngan menjadi hal yang penting dan tak dapat dipisahkan dalam perumusan kurikulum agar pelaksanaannya dapat sesuai dengan kondisi di lapangan.
Guru adalah pilar utama dalam proses pembelajaran . Fenomena gagap kurikulum merupakan potret nyata bahwa perubahan kurikulum tidak bisa berjalan sendiri tanpa dukungan guru sebagai ujung tombaknya. Guru, satuan pendidikan, dan pemerintah harus bersinergi dalam penerapan kurikulum.
Semoga kedepan taka da lagi fenomena guru gagap kurikulum karena kurikulum yang diterapkan pemerintah telah melalui proses yang matang dan guru diberikan pelatihan yang baik dalam penerapannya. Melalui pelatihan yang baik, pendampingan yang intensif serta kebijakan yang matang. Guru tak lagi menjadi korban kurikulum, tetapi justru menjadi agen dari perubahan kurikulum. Semoga ini bisa dipahami pak menteri.(*)