Urgensi Implementasi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di Kabupaten Sukabumi

Oleh :
Yulia Enshanty, S.Pd (Mahasiswa Magister Pendidikan Geografi PascaSarjana Universitas Siliwangi, Guru Geografi SMA di Kabupaten Sukabumi)
Kabupaten Sukabumi, yang terletak di wilayah rawan bencana, menghadapi tantangan signifikan dalam memastikan keselamatan siswa dan keberlangsungan proses pendidikan. Bahaya dan ancaman bencana alam, terutama gempa bumi dan longsor harus diwaspadai dan penting untuk menerapkan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) sebagai upaya mitigasi yang proaktif.
SPAB tidak hanya berfokus pada infrastruktur fisik, tetapi juga pada pengembangan kapasitas dan kesiapsiagaan komunitas sekolah dalam menghadapi bencana. Dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sekolah, dan masyarakat, SPAB dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya persiapan menghadapi risiko bencana.
Kabupaten Sukabumi, yang terletak di wilayah rawan bencana, menghadapi tantangan signifikan dalam memastikan keselamatan siswa dan keberlangsungan proses pendidikan.
BACA JUGA: Leuit, Simbol Ketahanan Pangan dan Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kasepuhan Gelar Alam
Ancaman bencana alam, terutama gempa bumi, pergerakan tanah, longsor, dan banjir, semakin memperburuk risiko yang dihadapi oleh sekolah-sekolah di daerah ini, oleh karena itu, penting untuk menerapkan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) sebagai upaya mitigasi yang proaktif. SPAB tidak hanya berfokus pada infrastruktur fisik, tetapi juga pada pengembangan kapasitas dan kesiapsiagaan komunitas sekolah dalam menghadapi bencana.
Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kabupaten Sukabumi tercatat mengalami lebih dari 30 kali gempa bumi dengan magnitude diatas 5,0 dalam sepuluh tahun terakhir. Selain itu, data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukabumi menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2023 saja, terdapat 15 kejadian longsor dan 8 kejadian banjir yang mengganggu aktivitas pendidikan. Bencana-bencana ini telah mengganggu proses belajar mengajar, menyebabkan kerugian material yang diperkirakan mencapai miliaran rupiah, serta mengancam keselamatan siswa. Oleh karena itu, penerapan SPAB menjadi sangat mendesak untuk melindungi siswa dan memastikan kelangsungan pendidikan.
SPAB adalah inisiatif yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan tangguh dengan mengintegrasikan pendidikan pengurangan risiko bencana ke sekolah. Inisiatif ini sangat penting, terutama bagi populasi rentan seperti anak-anak dengan kebutuhan khusus, yang seringkali berisiko lebih besar selama bencana (Husain et al., 2023). Tiga Pilar Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) :
1. Infrastruktur Aman
Pilar ini mencakup pembangunan dan perbaikan fasilitas pendidikan agar tahan terhadap bencana. Ini meliputi penggunaan material yang sesuai, desain bangunan yang memenuhi standar keselamatan, serta penyediaan fasilitas evakuasi yang memadai. Infrastruktur yang aman sangat penting untuk melindungi siswa dan staf selama bencana.
BACA JUGA: Pemerintah Daerah Jangan Hanya Audit Pemberian Dana Hibah Saja
2. Program Pendidikan dan Pelatihan
Pilar ini berfokus pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa serta staf mengenai kesiapsiagaan bencana. Ini mencakup pelatihan mengenai prosedur evakuasi, manajemen risiko, dan simulasi bencana. Dengan pendidikan yang memadai, diharapkan siswa dapat merespons situasi darurat dengan lebih efektif.
3. Keterlibatan Komunitas
Pilar ini menekankan pentingnya melibatkan orang tua, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya dalam perencanaan dan pelaksanaan program SPAB. Dengan dukungan komunitas, program mitigasi bencana dapat berjalan lebih efektif, dan semua pihak akan memiliki rasa tanggung jawab terhadap keselamatan pendidikan. Keterlibatan ini juga menciptakan jaringan dukungan yang kuat dalam menghadapi bencana.Manfaat SPAB.
Implementasi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di Kabupaten Sukabumi menawarkan berbagai manfaat yang signifikan. Pertama, program ini dapat meningkatkan kesiapsiagaan siswa dan staf melalui pelatihan dan simulasi yang sistematis.
Dengan pengetahuan dan keterampilan yang cukup, mereka akan lebih siap menghadapi situasi darurat, sehingga risiko cedera atau kehilangan nyawa dapat diminimalkan.
Selain itu, SPAB berkontribusi dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman, yang memungkinkan siswa untuk lebih fokus pada proses pembelajaran.
Rasa aman ini berdampak positif pada kualitas pendidikan, karena siswa dapat belajar tanpa gangguan ketakutan akan bencana. Selain itu, SPAB juga mendorong kesadaran lingkungan di kalangan siswa, mengajarkan mereka tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mempersiapkan diri menghadapi bencana.
Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan sikap tanggap terhadap risiko yang ada, yang sangat penting dalam menghadapi tantangan di masa depan.
Meskipun urgensi penerapan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) sangat jelas, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam implementasinya.