Opini

Pojokan 227: Honda 70 ku

Pojokan 227: Honda 70 ku

Motor Honda bebek 70 berwarna merah itu, sehat dan segar bugar. Dia telah dipermak oleh bengkel dengan biaya yang cukup lumayan -untuk ukuran saya. Bahkan dia mengalami pencangkokan baru mesin, hasil kanibal sebuah motor Honda Astrea. Mesin aslinya sendiri telah menjadi sejarah dari kejayaan Honda 70. Dia sudah diamputasi berkali-kali sehingga perlu cangkok mesin dari sejenisnya.

Honda 70 yang cantik dan banyak dilirik orang itu, ternyata diminati anak lanangku yang baru akil baligh. Anak lanangku, tergoda oleh hasutan teman-temannya, bahwa Honda 70 ini bagus kalau dibuat begini-begitu. Alhasil, Honda 70 ku dipermak ulang. Segala onderdil yang telah terpasang indah dan nyaman di badan Honda 70 tua ku ini, dipreteli. Semua diresafle.

Anak lanangku memermak kembali Honda 70 ku yang cantik. Hingga tak berbentuk rupa dan warnanya. Semua sempal dari tempatnya. Hasilnya Honda 70 ku, mengalami depresi dan menjadi kerangka yang compang-camping.

Mangkrak! Lampu-lampu sendnya terkulai lepas dari baudnya. Hanya menyisakan pecahan cangkang lampu yang telah ditalak oleh kaca lampunya, yang minggat entah kemana. Tersenggol tembok mungkin. Anak lanangku tak berhasil mewujudkan mimpinya mengupgrade Honda 70 menjadi motor idamannya. Honda 70 ku yang cantik menjadi korban eksperimen visinya.

Pernah tetangga meminta untuk dibeli. Aku tolak! Sebab aku ingin membuat keajaiban ke dua, bagi Honda 70 ku. Akan ku hidupkan lagi! Menunggu waktu senggang menteri keuangan memberikan kucuran dana talangan dari gaji ke 13 atau ke 15. Entahlah!

Walau ku tahu, menteri keuangan pun sama pusingnya. Memikirkan bagaimana cara menghidupi kementerian baru yang baru lahir. Jangan sampai mati diusia dini gara-gara tak dapat nutrisi anggaran. Tujuan dibentuknya kementerian baru tentu untuk mempercepat program pemerintah. Nah, jika tidak ada bahan bakarnya, bagaimana akan menjalankan program? Ah, biarlah itu dipikirkan menteri keuangan dan jajarannya.

Wujud tak karuan dari motor yang bersejarah buat ku itu, kubiarkan saja mangkrak di teras rumah. Tak terurus! Kerangka tua yang berselimut debu dengan kabel gas dan rem yang terkulai lemas, lepas dari lubang stang.

Kubiarkan agar anak lanangku tahu, bahwa segala sesuatu yang baik, jangan dirubah, jika tak punya konsep dan pengetahuan yang memadai. Sebab hasil godaan dan hasutan temannya untuk menciptakan wajah Honda 70 sesuai impiannya, menyedot anggaran yang lumayan. Dan Honda 70 ku mati mengenaskan. Menjadi korban visinya yang tak jelas itu.

Nasib motor Honda 70 ku, semoga tidak terjadi pada anak-anak sekolah dan gurunya. Pada adagium, “ganti menteri, ganti kebijakan”. Walau benar bahwa, kalau tak ada kebijakan baru, buat apa diganti menterinya. Kita tunggu saja gaji ke 13 dari menteri keuangan, yang sudah jelas kebiasaannya. (Kang Marbawi, 151124)

Tag :
Berita Terkait
Terkini Lainnya

Lihat Semua