Oleh :
Yulia Enshanty, S.Pd (Mahasiswa Pendidikan Geografi Pascasarjana Universitas Siliwangi, Guru Geografi SMA di Kabupaten Sukabumi)
Kesadaran lingkungan yang berkelanjutan di sekolah merupakan aspek krusial dalam menciptakan generasi yang peduli terhadap alam dan lingkungan sekitarnya. Di tengah tantangan global seperti perubahan iklim, polusi, dan kerusakan habitat, pendidikan lingkungan di tingkat sekolah menjadi semakin penting. Dalam konteks program Sekolah Adiwiyata, kesadaran ini tidak boleh dipandang sebagai sekedar upaya untuk memenuhi syarat penilaian atau mendapatkan gelar semata. Sebaliknya, program ini harus dilihat sebagai sebuah komitmen yang lebih dalam untuk menghargai dan melestarikan lingkungan. Hal ini mencakup pemahaman yang mendalam tentang pentingnya menjaga keberlanjutan, pengelolaan limbah, serta penggunaan sumber daya alam yang bijak. Dengan membangun kesadaran ini, siswa diharapkan tidak hanya menjadi pelajar yang baik, tetapi juga menjadi agen perubahan yang aktif dalam masyarakat. Mereka akan belajar untuk mengembangkan sikap tanggung jawab terhadap lingkungan, yang akan terus terbawa hingga mereka dewasa.
Kesadaran lingkungan yang berkelanjutan di sekolah akan membentuk karakter generasi masa depan yang lebih peduli dan proaktif dalam menjaga kelestarian alam, serta menciptakan budaya yang menghargai keberlanjutan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Ada sekolah yang menjelang penilaian Sekolah Adiwiyata terlihat bersih dan tertata rapi, menciptakan kesan positif yang kuat bagi pengunjung dan penilai.
Larangan penggunaan plastik yang ketat dan hiasan kelas yang menarik sering kali menjadi sorotan utama, menunjukkan upaya sekolah dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan ramah lingkungan. Namun, ironisnya, setelah penilaian selesai, kondisi tersebut sering kali kembali seperti sedia kala, seolah-olah semua usaha yang dilakukan selama ini hanya untuk kepentingan evaluasi semata. Siswa dan staf biasanya kembali ke kebiasaan lama, dan kebersihan serta keindahan yang telah dibangun sebelumnya lenyap seiring berjalannya waktu. Pot bunga yang dipajang dengan indah selama evaluasi pun biasanya diangkut kembali oleh siswa atau guru ke rumah masing-masing, meninggalkan ruang kelas yang seharusnya hijau dan menyegarkan tanpa sentuhan alam yang seharusnya menjadi bagian integral dari lingkungan belajar. Hal ini menciptakan ilusi bahwa sekolah peduli terhadap lingkungan, padahal kenyataannya adalah sebaliknya. Kesadaran lingkungan yang sebenarnya tidak terbangun dengan baik, dan tentunya menimbulkan pertanyaan penting mengenai komitmen sejati sekolah terhadap pelestarian lingkungan.
Dengan demikian, tantangan yang dihadapi bukan hanya tentang kebersihan fisik, tetapi juga tentang pembentukan budaya yang mendukung kesadaran lingkungan secara berkelanjutan, sehingga sekolah tidak hanya bersih untuk penilaian, tetapi juga sepanjang tahun. Untuk mengatasi masalah ini, sekolah perlu menciptakan budaya di mana menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.
Terkait dengan peran orang tua, sering kali muncul pertanyaan mengenai apakah mereka seharusnya diminta untuk ikut serta dalam kegiatan membersihkan sekolah. Meskipun kolaborasi antara sekolah dan orang tua sangat penting, tanggung jawab utama dalam menjaga kebersihan dan lingkungan sekolah seharusnya tetap berada di pihak sekolah. Sekolah harus memberikan pendidikan yang berkelanjutan tentang pentingnya menjaga lingkungan. Ini termasuk mengedukasi siswa tentang dampak kebersihan dan penggunaan bahan ramah lingkungan. Selain itu, kegiatan pembersihan dan penghijauan harus dijadwalkan secara reguler, bukan hanya saat menjelang penilaian. Hal ini akan membantu membangun kebiasaan baik di kalangan siswa. Pihak sekolah juga perlu menunjukkan kepemimpinan dalam hal lingkungan dengan menerapkan kebijakan yang mendukung praktik berkelanjutan, seperti pengurangan penggunaan plastik dan pengelolaan sampah yang baik.
Di sisi lain, meskipun tanggung jawab utama ada di sekolah, melibatkan orang tua dalam kegiatan lingkungan dapat memberikan manfaat tersendiri.
Partisipasi orang tua dapat berfungsi sebagai contoh bagi siswa dan memperkuat komitmen mereka terhadap lingkungan. Kehadiran orang tua dalam kegiatan lingkungan juga dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan solidaritas dalam komunitas sekolah, menciptakan ikatan yang lebih kuat antara sekolah dan keluarga. Namun, ini seharusnya tidak menjadi beban atau tanggung jawab utama mereka, dan bukan berarti orang tua harus ikut membersihkan sekolah secara langsung. Sebaliknya, peran mereka lebih kepada mendukung dan mendorong anak-anak dalam menjaga lingkungan, serta berkolaborasi dengan sekolah untuk mengembangkan program-program yang berkelanjutan. Dengan demikian, peran orang tua sebagai mitra dalam pendidikan lingkungan akan menjadi lebih berarti dan efektif.
Kesadaran lingkungan yang berkelanjutan di sekolah adalah hasil dari komitmen bersama antara siswa, guru, dan orang tua, namun peran sekolah harus lebih diutamakan dalam proses ini. Program Sekolah Adiwiyata seharusnya menjadi pemicu untuk menciptakan budaya peduli lingkungan yang nyata, bukan hanya saat penilaian. Sekolah memiliki tanggung jawab unik dan strategis untuk menjadi contoh dan pendorong perubahan perilaku di dalam komunitas. Dengan membangun kesadaran yang mendalam dan konsisten, kita dapat menciptakan lingkungan sekolah yang tidak hanya bersih, tetapi juga berkelanjutan.
Sekolah harus mengambil inisiatif untuk mengintegrasikan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum dan kegiatan sehari-hari, sehingga siswa tidak hanya belajar tentang pentingnya menjaga lingkungan, tetapi juga mengalami secara langsung bagaimana tindakan mereka dapat berkontribusi pada keberlanjutan.
Melalui program-program seperti pengelolaan limbah, penghijauan, dan penggunaan sumber daya yang efisien, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran aktif dan partisipasi siswa. Dengan menempatkan sekolah sebagai pusat pendidikan dan praktik lingkungan, kita tidak hanya membangun kesadaran di kalangan siswa, tetapi juga menanamkan nilai-nilai yang akan membentuk perilaku mereka di masa depan. Komitmen yang kuat dari pihak sekolah untuk menjadi pemimpin dalam inisiatif keberlanjutan akan membawa dampak positif yang luas dan berkelanjutan, tidak hanya bagi siswa, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan.(*)