Sains

Temuan Terbaru, Bagaimana Otak Membentuk Ingatan Jangka Panjang

Temuan Terbaru, Bagaimana Otak Membentuk Ingatan Jangka Panjang
Temuan Terbaru, Bagaimana Otak Membentuk Ingatan Jangka Panjang

PASUNDAN EKSPRES - Ilmuwan neurosains baru-baru ini menemukan sebuah pola yang dapat membantu otak kita mengingat suatu peristiwa dengan lebih mudah. Studi ini menunjukkan bahwa menghabiskan waktu untuk merenungkan peristiwa sesaat setelah terjadi bisa meningkatkan kemungkinan peristiwa tersebut disimpan dalam memori jangka panjang. 

 

Penelitian ini menemukan bahwa setelah suatu peristiwa yang penting terjadi, ada aktivitas listrik di otak yang dikenal sebagai 'gelombang tajam-getaran' yang berperan dalam proses pembentukan ingatan jangka panjang. Aktivitas ini berlangsung secara otomatis saat kita tidur di malam hari. Para ilmuwan percaya bahwa dengan merenungkan suatu peristiwa setelah terjadi, kita bisa meningkatkan kemungkinan memori tersebut terbentuk di hippocampus, bagian otak yang berperan dalam menyimpan informasi dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.

 

Melansir dari Daily Mail, Sabtu, 13/4/2024, Dr. György Buzsáki, seorang profesor neurosains di NYU Langone Health, dan penulis senior dalam penelitian ini, menjelaskan bahwa aktivitas gelombang tajam-getaran ini terjadi ketika neuron di otak mengeluarkan sejumlah kecil sinyal listrik secara terkoordinasi, mirip dengan simfoni yang sedang dimainkan.

"Jika kamu sedang menonton film dan ingin mengingatnya, lebih baik pergi berjalan setelahnya, jangan tonton dua film sekaligus," Ungkapnya. 

 

Aktivitas ini dapat ditingkatkan dengan merenungkan peristiwa yang baru terjadi, seperti berjalan-jalan setelah menonton film alih-alih langsung menonton film kedua.

 

Dalam eksperimen yang dilakukan pada tikus, para ilmuwan menggunakan probe silikon untuk merekam aktivitas hingga 500 neuron di area hippocampus secara simultan saat tikus menjalani percobaan labirin untuk menemukan makanan. Mereka menemukan bahwa gelombang tajam-getaran ini terjadi setelah tikus berhasil menyelesaikan labirin dan berhenti untuk menikmati makanannya. Saat tidur di malam hari, aktivitas serupa terjadi ketika otak tikus memutar ulang pengalaman labirin tersebut, menunjukkan proses pembentukan memori.

 

Dr. Winnie Yang, seorang mahasiswa pascasarjana di laboratorium Buzsáki dan pemimpin penelitian ini, berharap temuan ini bisa digunakan dalam terapi untuk membantu orang yang mengalami masalah ingatan atau bahkan dalam kasus PTSD untuk mengurangi kenangan traumatis. Meskipun mekanisme pastinya belum sepenuhnya dipahami, penelitian ini dapat membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut tentang bagaimana otak memutuskan informasi mana yang akan disimpan sebagai memori jangka panjang.

 

Studi ini juga memberikan saran bagi mereka yang ingin meningkatkan kemampuan mengingat: lebih baik merenungkan atau melakukan aktivitas santai setelah mengalami suatu peristiwa daripada langsung beralih ke aktivitas lain. Jika kita mengambil waktu untuk merefleksikan, kemungkinan besar peristiwa tersebut akan lebih diingat oleh otak kita.

Berita Terkait