Sains

Solidaritas Militer Indonesia-Uni Soviet Tahun 1962, Ketika Dua Bangsa Bersatu di Tengah Krisis Irian Barat

Solidaritas Militer Indonesia-Uni Soviet Tahun 1962, Ketika Dua Bangsa Bersatu di Tengah Krisis Irian Barat
Solidaritas Militer Indonesia-Uni Soviet Tahun 1962: Ketika Dua Bangsa Bersatu di Tengah Krisis Irian Barat

PASUNDAN EKSPRES – Tahun 1962 menjadi saksi penting dalam sejarah hubungan militer antara Indonesia dan Uni Soviet. Ketika intelijen Indonesia mendeteksi kapal induk KL Dorman milik Angkatan Laut Kerajaan Belanda memasuki perairan Irian Barat, Presiden Soekarno bertindak cepat dengan memerintahkan peningkatan pembelian kapal selam kelas Whiskey dari Uni Soviet, yang awalnya hanya enam unit menjadi dua belas unit.

 

Uni Soviet merespons permintaan tersebut dengan segera mengirimkan kapal selam berteknologi tinggi yang dilengkapi torpedo 533 mm, salah satu senjata bawah air tercanggih pada masanya. Namun, Angkatan Laut Indonesia menghadapi kendala karena kekurangan kru untuk mengoperasikan tambahan kapal selam tersebut. Indonesia pun meminta bantuan Uni Soviet untuk mengirimkan sukarelawan guna mengisi kekosongan tersebut.

 

Permintaan ini disambut antusias oleh Uni Soviet yang mengirimkan 300 tentara sukarelawan ke Indonesia. Mereka datang untuk membantu mengoperasikan kapal selam dan melakukan patroli di perairan Indonesia tanpa memegang jabatan resmi.

 

Seorang sumber militer yang terlibat dalam operasi ini mengatakan, "Kedatangan sukarelawan Uni Soviet memberikan kami keuntungan strategis. Mereka tidak hanya membantu dalam operasional kapal selam, tetapi juga berbagi pengetahuan teknis yang sangat berharga."

 

Kehadiran tentara Uni Soviet di Indonesia pada masa itu menjadi simbol kuat solidaritas internasional di tengah situasi politik yang memanas akibat konfrontasi dengan Belanda. Langkah ini menunjukkan dukungan Uni Soviet terhadap Indonesia dalam mempertahankan kedaulatan wilayahnya di Irian Barat.

 

Para sukarelawan Uni Soviet menjalankan tugas mereka dengan penuh dedikasi. Selain mengoperasikan kapal selam, mereka juga berpartisipasi dalam patroli di perairan Indonesia, memperkuat kekuatan maritim Indonesia dalam menghadapi ancaman dari Belanda.

 

Kerjasama ini merupakan salah satu strategi efektif dalam memperkuat pertahanan maritim Indonesia. Dukungan Uni Soviet sangat berarti, terutama di masa-masa krisis tersebut.

 

Pengiriman kapal selam kelas Whiskey dan kehadiran sukarelawan Uni Soviet di Indonesia menandai salah satu bentuk kerjasama militer yang signifikan antara kedua negara. Hal ini juga menjadi contoh bagaimana hubungan diplomatik dan militer dapat terjalin atas dasar solidaritas dan kepentingan bersama.

 

Kerjasama ini tidak hanya memperkuat posisi Indonesia di kawasan Asia Tenggara, tetapi juga mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Uni Soviet, yang kemudian dikenal sebagai Rusia setelah runtuhnya Uni Soviet.

 

Selain bantuan operasional, kerjasama militer antara Indonesia dan Uni Soviet pada masa itu juga mencakup pelatihan dan transfer teknologi militer. Uni Soviet tidak hanya membantu dalam pengoperasian kapal selam tetapi juga menyediakan pelatihan bagi personel Angkatan Laut Indonesia. Ini memastikan bahwa setelah masa tugas sukarelawan selesai, Indonesia tetap dapat mengoperasikan kapal selam dengan efisien.

 

Selain itu, dukungan Uni Soviet juga mencakup bantuan persenjataan dan sistem komunikasi canggih yang pada akhirnya memperkuat armada laut Indonesia. Langkah ini merupakan bagian dari upaya Uni Soviet untuk memperluas pengaruhnya di Asia Tenggara dan membentuk aliansi strategis dengan negara-negara yang berjuang melawan kolonialisme dan imperialisme pada era tersebut.

Berita Terkait