PURWAKARTA-Penjabat (Pj) Bupati Purwakarta Benni Irwan menghadiri sekaligus membuka acara Rembuk Stunting dan Penandatanganan Berita Acara Komitmen Bersama Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Purwakarta 2024, di Bale Sawala Yudistira, Kompleks Pemda Purwakarta, Kamis (4/7).
"Rembuk Stunting dilaksanakan dalam rangka percepatan penanggulangan stunting terintegrasi di Kabupaten Purwakarta dan sesuai poin ketiga dari delapan aksi konvergensi terkait pelaksanaan rembuk stunting," kata Benni kepada wartawan.
Adapun kedelapan aksi konvergensi stunting di antaranya, Analisis Situasi, Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran, Rembuk Stunting, Kader Pembangunan Manusia, Sistem Manajemen Data, Peraturan dan Publikasi.
"Kami mengapresiasi sekaligus menyampaikan arahan terkait peningkatan kesehatan, infrastruktur dan ekonomi desa. Mari bersama-sama berkolaborasi positif dalam meningkatkan koordinasi lintas sektor untuk mewujudkan Purwakarta yang lebih sehat dan berdaya saing lebih baik," ujar Benni Irwan.
Pada kesempatan ini dilakukan penandatanganan berita acara Komitmen Bersama Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Purwakarta 2024 oleh Pj Bupati Purwakarta.
Turut menandatangani, Sekda, Ketua Pj TP PKK, Ketua Dharma Wanita Persatuan, beserta jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Purwakarta.
"Penurunan angka stunting menjadi salah satu fokus utama Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta dalam pembangunan di sektor kesehatan. Adapun, saat ini sedang diupayakan peningkatan kualitas data dan pendampingan keluarga," ucapnya.
Selain itu, lanjut dia, perlu juga peningkatan pemantauan pertumbuhan sebagai bentuk deteksi dini, sehingga masalah gizi dapat dicegah secepat mungkin.
"Tahun 2024 ini, kami mendapatkan informasi berupa data hasil dari SKI atau Survei Kesehatan Indonesia. Angka itu menunjukkan adanya kenaikan balita yang terdampak stunting. Pada 2023 lalu angkanya 21,8 persen, namun tahun ini naik menjadi 24 persen," kata Benni Irwan.
Menurut dia, kenaikan angka stunting ini hampir merata di beberapa daerah di Jawa Barat, bahkan dalam skala nasional. Ini perlu menjadi perhatian bersama, khususnya di Purwakarta, karena ini ada kaitannya dengan bonus demografi penduduk Indonesia.
"Kalau momentum bonus demografi ini tidak terkelola baik, tak menutup kemungkinan akan menjadi bencana demografi. Karena jumlah penduduk usia kerja, angkatan kerja dan muda, kalau dia tidak produktif dan berkinerja baik, maka akan menjadi permasalahan ke depannya," ujar Benni.
Penanganan stunting, lanjut Benni, juga menjadi tanggung jawab bersama guna mempersiapkan generasi-generasi mendatang yang betul-betul menjadi generasi yang produktif, sehat dan cerdas.
"Agar bonus demografi itu betul-betul menjadi nilai tambah, menjadi manfaat tersendiri bagi bangsa dan negara kita Indonesia. Karena tidak semua negara mempunyai momentum seperti itu, angkatan kerja yang tinggi," ucapnya.
Ke depan, lanjutnya, Purwakarta memerlukan angkatan kerja yang produktif sebagai inti dari bonus demografi. Lebih dari itu, juga ada kaitannya dengan upaya mewujudkan Indonesia Emas di 2045.
"Pasalnya, pada 2045 nanti Indonesia akan berusia 100 tahun dan diharapkan sudah bisa berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dengan negara-negara adidaya di dunia lainnya," katanya.
Benni juga mengungkapkan, jika generasi muda Indonesia tidak produktif, tidak sehat atau tidak cerdas, tentu akan menjadi persoalan tersendiri. "Sebenarnya kami sudah memiliki mekanisme penanganan stunting," ujarnya.
Lebih lanjut Benni mengatakan, stunting merupakan bukan hanya isu lokal tapi juga nasional. Bahkan, berdasarkan data dari SKI, ada sekitar 15 ribu balita yang saat ini perlu menjadi fokus perhatian.
"Saat ini, kami sedang mendalami dari sekitar 15 ribu ini yang sudah terdampak stunting. Di antaranya terkait jumlah, posisi desanya, lokasi rumahnya, sehingga datanya by name, by address. Di luar itu tentu ada Balita-balita yang tidak terdampak stunting tapi berpotensi terdampak stunting," ucap Benni.
Hal tersebut, kata Benni perlu intervensi upaya-upaya penanggulangan, penanganan maupun pencegahan. "Berdasarkan data, dari 1.200 yang didata yang sudah terentaskan kurang lebih 300-an sekian. Jadi sudah keluar dari status stunting.
Akan tetapi, lanjutnya, ada juga balita-balita kita yang baru kurang lebih 400 sekian yang terdampak stunting baru. Itu yang membuat angkanya jadi bertambah," kata Benni.
Benni memastikan, bukan tidak ada upaya dari Pemkab Purwakarta, karena di lapangan juga terbukti ada penurunan status stunting. "Tapi mungkin upaya dalam rangka mencegah yang selama ini mungkin menurut hemat saya belum cukup efektif dilakukan," ujarnya.(add)