KARAWANG-Eksplorasi yang dilakukan Sanggabuana Wildlife Ranger, yang dibentuk Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) di Pegunungan Sanggabuana terus berlanjut. Kali ini, berhasil mendata keanekaragaman hayati baru di Pegunungan Sanggabuana, Jawa Barat.
Pada release yang dilakukan oleh SCF, awal tahun 2024 ini telah berhasil didata sebanyak 21 jenis tanaman dari keluarga Moraceaea, Genus Ficus di kawasan hutan Pegunungan Sanggabuana.
Ketua Tim Pelaksana Kajian yang juga merupakan fotografer dan peneliti satwa liar Pegunungan Sanggabuana, Bernard T. Wahyu Wiryanta mengatakan, Ficus merupakan spesies kunci dan berperan penting untuk menjaga ekosistem di Sanggabuana. Kebanyakan keluarga Ficus, selain menjaga tata air juga merupakan sumber pakan alami untuk jenis-jenis burung, primata, serangga, dan sebagian mamalia.
"Moraceaea adalah keluarga ara-araan, salah satu suku anggota tanaman berbunga. Moraceaea merupakan keluarga tanaman berbunga yang terdiri dari 38 Genera dan lebih dari 1100 spesies," katanya.
Salah satu genus dari keluarga Moraceaea adalah genus Ficus. Tanaman yang ada di genus Ficus berhasil didata oleh para Ranger, sebanyak 21 jenis atau spesies, yang tersebar di kawasan seluas 16.500 hektar kawasan hutan Pegunungan Sanggabuana. Daftar ke 21 jenis Ficus ini termuat dalam daftar keanekaragaman hayati Pegunungan Sanggabuana dalam laporan “Kajian Usulan Perubahan Fungsi Hutan Kawasan Pegunungan Sanggabuana Menjadi Kawasan Konservasi Berupa Taman Nasional” yang dibuat oleh SCF.
Selain tanaman dari Genus Ficus, dalam daftar keanekaragaman hayati Pegunungan Sanggabuana dilaporkan sudah terdata 176 spesies tanaman dari 39 Family.
“Burung Rangkong, Takur, Punai, Perkici, dan Merbah sepenuhnya tergantung pada buah-buahan dari genus Ficus pada saat musim berbuah. Buah Ficus juga menjadi makanan primata, terutama Owa Jawa yang menjadi salah satu satwa prioritas di kawasan Pegunungan Sanggabuana,” jelas Bernard.
Bernard merinci daftar ke 21 jenis Ficus yang ada di Pegunungan Sanggabuana adalah Ficus benjamina/beringin, Ficus rumphii/waringin jawa, Ficus septica/awar-awar, Ficus fistulosa/benying, Ficus annulata/beringin pencekik, Ficus sundaica, Ficus mikrokarpa/beringin cina, Ficus fulva, Ficus padana/hamerang putih, Ficus elastica/karet merah, Ficus virens/bunut bangkok, Ficus variegata/nyawai, Ficus hispida/bisoro, Ficus callosa/ilat ilatan, Ficus carica/tin, Ficus religlosa/pohon bodhi, Ficus racemosa/loa, Ficus retusa/ara jejawi, Ficus ampelas/rampelas, Ficus aurata, dan Ficus pumila var. quercifolia.
“Beberapa jenis tanaman Ficus yang famiier di masyarakat, misalnya Beringin atau Ficus benjamina. Juga ada pohon Ara dan Tin. Tapi yang menjadi maskot di Sanggabuana adalah pohon Loa atau Ficus racemosa. Ada beberapa Loa yang berukuran sangat besar, bahkan perlu 12 orang untuk memeluk batangnya,” terang Bernard.
Pada tahun 2022, Bernard menambahkan, pernah ada dua wisatawan dari Thailand beragama Budha yang meminta izin untuk bersemedi di pohon Loa raksasa tersebut dalam rangka ibadah.
Pada banyak daerah, beberapa pohon dari keluarga Ficus selain mempunyai fungsi ekologis juga mempunyai makna penting bagi budaya dan agamawi. Seperti beringin sungsang yang ada di Alun-Alun Lor Keraton Yogya misalnya. Juga Ficus religlosa atau Pohon Bodhi yang terkenal dengan nama Sri Maha Bodhi yang ditanam di sebuah kuil di Sri Langka oleh raja Tissa pada tahun 288 Sebelum Masehi.
"Pohon Ara juga merupakan salah satu tanaman yang disebut dalam beberapa Kitab Suci, baik Injil maupun Al-Qur’an," ungkapnya.
Sementara oleh SCF, kata dia, beberapa jenis pohon Ficus ini akan dikembangkan secara insitut untuk merehabilitasi kawasan hutan di Sanggabuana. Selain untuk menambah populasi pakan alami satwa liar yang ada, juga untuk merehabilitasi mata air yanga da di kawasan Pegunungan Sanggabuana.
“Beberapa jenis Ficus kami siapkan, terutama untuk merehabilitasi Gunung Sinalanggeng yang sudah selesai ditambang oleh PT Atlasindo dan meninggalkan pemandangan yang merusak kecantikan landscape Sanggabuana,” tandasnya.(ddy/ery)