PASUNDAN EKSPRES - Aplikasi pesan singkat Telegram diprediksi akan mencapai milestone baru dengan menembus 1 miliar pengguna aktif bulanan dalam waktu dekat. Angka ini menandakan pertumbuhan pesat platform besutan Pavel Durov tersebut, yang kini menjadi pesaing kuat WhatsApp yang telah memiliki lebih dari 2 miliar pengguna aktif bulanan hingga akhir 2023 lalu.
Durov, pendiri Telegram yang berbasis di Dubai, mengungkapkan optimismenya ini, "Pengguna aktif bulanan kami akan tembus 1 miliar pada tahun ini," seperti dikutip dari Reuters. Ia mengibaratkan pertumbuhan Telegram bagaikan "kebakaran hutan" yang melaju dengan cepat.
Di tengah gempuran pengguna baru, Durov tak luput dari tekanan dari berbagai negara untuk membatasi pertukaran informasi tertentu. Namun, ia menegaskan komitmennya untuk menjadikan Telegram sebagai platform netral yang tak terlibat dalam konflik geopolitik. Hal ini, menurutnya, menjadi daya tarik utama bagi pengguna di seluruh dunia.
Laporan Financial Times pada Maret lalu mengindikasikan kemungkinan Telegram melantai di bursa AS setelah meraih keuntungan. Platform ini kini bersaing ketat dengan raksasa internet lainnya seperti Facebook, YouTube, WhatsApp, Instagram, TikTok, dan WeChat.
Peran Telegram sebagai salah satu sumber informasi utama selama invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 lalu menuai sorotan. Platform ini dinilai transparan, namun tak luput dari penyebaran konten disinformasi.
Durov meyakinkan pengguna bahwa sistem enkripsi pada Telegram akan memastikan pertukaran informasi di dalamnya terlindungi dan bebas dari intervensi pemerintah. "Saya lebih baik bebas ketimbang tunduk pada perintah siapa pun," tegasnya.
Ia menyingkap berbagai upaya pemerintah untuk menembus enkripsi Telegram, termasuk upaya FBI yang diklaimnya merekrut engineer Telegram untuk membobol backdoor platform. FBI sendiri enggan berkomentar terkait tuduhan ini.
Lebih lanjut, Durov mengungkapkan bahwa tekanan untuk menjunjung kebebasan berekspresi tak hanya datang dari pemerintah, tetapi juga dari rival seperti Apple dan Alphabet. "Dua platform tersebut benar-benar bisa menyensor apa saja yang Anda baca, serta mengakses semua yang ada di smartphone Anda," kritiknya.
Pemilihan Dubai sebagai basis Telegram didasari oleh netralitas Uni Emirat Arab, yang menurut Durov ingin menjalin hubungan baik dengan semua pihak dan tak berpihak pada kekuatan super. Ia merasa aman menjalankan perusahaan netral di negara tersebut.
Pertumbuhan pesat Telegram, komitmen terhadap netralitas, dan sistem enkripsinya yang kuat menjadikannya alternatif menarik bagi pengguna yang menginginkan platform komunikasi yang aman dan bebas. Di sisi lain, platform ini masih dihadapkan pada tantangan penyebaran informasi yang tidak akurat dan tekanan dari berbagai pihak.
Bagaimana Telegram akan mengatasi tantangan tersebut dan terus berkembang di masa depan? Patut dinantikan langkah strategis Durov selanjutnya untuk membawa platformnya ke level yang lebih tinggi.