Tausiyah: Puasa Jalan Keharmonisan Keluarga

Ramadan adalah madrasah terbaik untuk belajar di kelas kasih sayang, kelas ketenangan, kelas ampunan, dan kelas lainnya untuk mengantarkan pada lulusan terbaik, taqwa.
Oleh:
Sekjen DPP Garda Wali Songo
Tulisan ini, bukan hanya untuk mereka yang sudah berkeluarga. Tapi, bagi siapa pun yang hidup di dunia, yang membutuhkan ketenangan dan cinta kasih. Ramadan adalah madrasah terbaik untuk belajar di kelas kasih sayang, kelas ketenangan, kelas ampunan, dan kelas lainnya untuk mengantarkan pada lulusan terbaik, taqwa.
Puasa dalam bulan Ramadan bukan sekadar menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu. Ia adalah jalan menuju ketenangan jiwa, cinta yang tulus, serta kasih sayang yang hakiki. Dalam konteks kehidupan rumah tangga, puasa bukan hanya ibadah individual, tetapi juga sebuah proses pembentukan Sakinah (ketenangan), Mawaddah (cinta dan kasih sayang), dan Rahmah (kelembutan dan belas kasih).
BACA JUGA: Geliat Investasi Masuk Subang Makin Menguat, Tahun Ini Ditarget Sebesar Rp11 Triliun
Menariknya, tiga nilai di atas sejalan dengan tiga tingkatan keberkahan Ramadan: Maghfirah (ampunan), Rahmah (kasih sayang Allah), dan Itqun minan-Nar (pembebasan dari neraka), serta tiga konsep spiritual yang menjadi tujuan utama ibadah: Tazkiyah (penyucian jiwa), Istiqamah (konsistensi dalam kebaikan), dan Ma’rifah (pengenalan terhadap Allah secara mendalam). Ini bukan sebuah kebetulan, tetapi tiga hal kunci untuk menemukan kesuksesan, tidak hanya di dunia saja, tapi juga di akhirat.
Bagaimana logika puasa dapat menghubungkan semua konsep ini dalam kehidupan nyata? Baik. Kalau kita teliti lebih dalam, kita menemukan kejutan-kejutan bagaimana Islam memberikan hadiah terbesar di bulan Ramadan. Pertama, sakinah yang sejalan dengan ketenangan jiwa dan maghfirah.
Puasa mendidik manusia untuk menahan emosi, mengendalikan hawa nafsu, dan lebih banyak bermuhasabah. Inilah yang menjadi kunci bagi terciptanya Sakinah, ketenangan yang sejati dalam kehidupan pribadi dan keluarga. Dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan bahwa salah satu tujuan pernikahan adalah agar pasangan suami istri merasakan ketenangan satu sama lain:
“Agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.” (QS. Ar-Rum: 21).
BACA JUGA: Ombudsman Pertanyakan Siapa Bermain Terbitkan Sertipikat dan IMB di Lahan Negara??
Sakinah dalam keluarga hanya dapat terwujud jika masing-masing individu memiliki ketenangan dalam dirinya. Puasa berperan dalam membentuk ketenangan ini dengan melatih kesabaran dan pengendalian diri. Rasulullah SAW bersabda:
"Jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah berkata-kata kotor dan jangan membentak." (HR. Bukhari & Muslim)
Dari aspek spiritual, ketenangan dalam berpuasa juga terkait dengan Maghfirah, yakni ampunan dari Allah. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang berpuasa Ramadan dengan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari & Muslim)
Secara filosofis, Maghfirah adalah proses Tazkiyah, penyucian diri dari dosa-dosa masa lalu. Dengan berpuasa, seseorang tidak hanya menahan lapar, tetapi juga menyucikan hatinya dari kesalahan yang bisa merusak ketenangan dalam keluarga. Wow, tiga hal menarik untuk menciptakan ketengan plus ampunan (maghfirah).
Kedua, adalah Mawaddah. Mawaddah dalam keluarga adalah bentuk kasih sayang yang murni dan penuh gairah. Ramadan memperkuat Mawaddah karena di dalamnya ada kebersamaan yang lebih intens dalam ibadah, sahur, berbuka, dan doa bersama.
Rasulullah SAW adalah orang yang paling penyayang, dan di bulan Ramadan beliau semakin meningkatkan kedermawanannya. Sebagaimana hadis Nabi.
"Rasulullah adalah orang yang paling dermawan, dan beliau semakin dermawan di bulan Ramadan." (HR. Bukhari)