Headline

Tausiyah: Puasa Jalan Keharmonisan Keluarga

Tausiyah Ramadan
Ramadan adalah madrasah terbaik untuk belajar di kelas kasih sayang, kelas ketenangan, kelas ampunan, dan kelas lainnya untuk mengantarkan pada lulusan terbaik, taqwa.

Oleh:

Sekjen DPP Garda Wali Songo

Tulisan ini, bukan hanya untuk mereka yang sudah berkeluarga. Tapi, bagi siapa pun yang hidup di dunia, yang membutuhkan ketenangan dan cinta kasih. Ramadan adalah madrasah terbaik untuk belajar di kelas kasih sayang, kelas ketenangan, kelas ampunan, dan kelas lainnya untuk mengantarkan pada lulusan terbaik, taqwa. 

Puasa dalam bulan Ramadan bukan sekadar menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu. Ia adalah jalan menuju ketenangan jiwa, cinta yang tulus, serta kasih sayang yang hakiki. Dalam konteks kehidupan rumah tangga, puasa bukan hanya ibadah individual, tetapi juga sebuah proses pembentukan Sakinah (ketenangan), Mawaddah (cinta dan kasih sayang), dan Rahmah (kelembutan dan belas kasih). 

Menariknya, tiga nilai di atas sejalan dengan tiga tingkatan keberkahan Ramadan: Maghfirah (ampunan), Rahmah (kasih sayang Allah), dan Itqun minan-Nar (pembebasan dari neraka), serta tiga konsep spiritual yang menjadi tujuan utama ibadah: Tazkiyah (penyucian jiwa), Istiqamah (konsistensi dalam kebaikan), dan Ma’rifah (pengenalan terhadap Allah secara mendalam). Ini bukan sebuah kebetulan, tetapi tiga hal kunci untuk menemukan kesuksesan, tidak hanya di dunia saja, tapi juga di akhirat.

Bagaimana logika puasa dapat menghubungkan semua konsep ini dalam kehidupan nyata? Baik. Kalau kita teliti lebih dalam, kita menemukan kejutan-kejutan bagaimana Islam memberikan hadiah terbesar di bulan Ramadan. Pertama, sakinah yang sejalan dengan ketenangan jiwa dan maghfirah. 

Puasa mendidik manusia untuk menahan emosi, mengendalikan hawa nafsu, dan lebih banyak bermuhasabah. Inilah yang menjadi kunci bagi terciptanya Sakinah, ketenangan yang sejati dalam kehidupan pribadi dan keluarga. Dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan bahwa salah satu tujuan pernikahan adalah agar pasangan suami istri merasakan ketenangan satu sama lain:

“Agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.” (QS. Ar-Rum: 21).

Sakinah dalam keluarga hanya dapat terwujud jika masing-masing individu memiliki ketenangan dalam dirinya. Puasa berperan dalam membentuk ketenangan ini dengan melatih kesabaran dan pengendalian diri. Rasulullah SAW bersabda:

"Jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah berkata-kata kotor dan jangan membentak." (HR. Bukhari & Muslim)

Dari aspek spiritual, ketenangan dalam berpuasa juga terkait dengan Maghfirah, yakni ampunan dari Allah. Rasulullah SAW bersabda:

"Barang siapa yang berpuasa Ramadan dengan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari & Muslim)

Secara filosofis, Maghfirah adalah proses Tazkiyah, penyucian diri dari dosa-dosa masa lalu. Dengan berpuasa, seseorang tidak hanya menahan lapar, tetapi juga menyucikan hatinya dari kesalahan yang bisa merusak ketenangan dalam keluarga. Wow, tiga hal menarik untuk menciptakan ketengan plus ampunan (maghfirah).

Kedua, adalah Mawaddah. Mawaddah dalam keluarga adalah bentuk kasih sayang yang murni dan penuh gairah. Ramadan memperkuat Mawaddah karena di dalamnya ada kebersamaan yang lebih intens dalam ibadah, sahur, berbuka, dan doa bersama.

Rasulullah SAW adalah orang yang paling penyayang, dan di bulan Ramadan beliau semakin meningkatkan kedermawanannya. Sebagaimana hadis Nabi.

"Rasulullah adalah orang yang paling dermawan, dan beliau semakin dermawan di bulan Ramadan." (HR. Bukhari)

Sifat ini sejalan dengan Rahmah, kasih sayang Allah yang dilimpahkan kepada hamba-hamba-Nya di bulan Ramadan. 

Dari perspektif spiritual, Mawaddah dan Rahmah ini juga berkaitan dengan Istiqamah dalam berbuat baik. Jika seseorang ingin mempertahankan kasih sayang dalam keluarga, ia harus konsisten dalam kebaikan, sebagaimana Allah memerintahkan:

"Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu." (QS. Hud: 112)

Puasa melatih kita untuk tetap dalam kebaikan, bukan hanya di bulan Ramadan tetapi juga setelahnya, sehingga Mawaddah dan Rahmah dapat terus terjaga dalam rumah tangga.

Ketiga, adalah Rahmah. Rahmah adalah kelembutan dan kepedulian yang membuat kehidupan lebih damai. Dalam keluarga, Rahmah berarti saling memahami, saling membantu, dan saling menolong dalam kebaikan.

Puasa melatih Rahmah dengan cara mengajarkan kita merasakan penderitaan orang lain. Rasulullah SAW bersabda:

"Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda dan tidak menghormati yang lebih tua." (HR. Tirmidzi)

Dalam skala yang lebih besar, Rahmah ini mengarah pada Itqun minannar, yaitu pembebasan dari api neraka, karena Allah menjanjikan keselamatan bagi mereka yang benar-benar berpuasa dengan ikhlas.

Dari sisi spiritual, Rahmah juga menjadi pintu menuju Ma’rifah, yaitu mengenal Allah dengan lebih dalam. Dengan berpuasa, seseorang lebih dekat kepada Allah, lebih banyak berdzikir, dan lebih sadar akan kebesaran-Nya. Inilah yang dimaksud dalam Al-Qur’an:

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa... agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)

Takwa adalah puncak Ma’rifah, karena seseorang yang telah mengenal Allah dengan baik akan selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya.

Jika disusun dalam pola berpikir yang runtut, puasa menghubungkan tiga aspek kehidupan keluarga dengan tiga tingkatan keberkahan Ramadan serta tiga konsep spiritual yang lebih tinggi. 

Dengan kata lain, puasa bukan hanya ibadah fisik, tetapi juga proses penyucian jiwa, pemeliharaan kasih sayang, serta perjalanan menuju kedekatan dengan Allah. Ramadan bukan hanya waktu untuk menahan lapar, tetapi juga waktu untuk membangun kehidupan yang lebih tenang, penuh cinta, dan penuh berkah.

Memang, sepertinya sulit untuk melirik setiap aspek di atas apalagi mempraktikkannya, tetapi bagi orang yang beriman, ia akan selalu belajar di setiap kelas dalam madrasah Ramadan. Karena, hidup adalah pelajaran-pelajaran terbaik bagi mereka yang la'alakum ta'qilun.(*)

 

Redaksi: Kami menerima tulisan tausyiah selama bulan Ramadan. Tulisan dapat dikirim melalui WhatsApp (0812 8091 1993)

 

Terkini Lainnya

Lihat Semua