Kisah Gatot Pengelola GT Mushroom, dari Karyawan Hingga Menjadi Raja Jamur Tiram di Subang

PERJUANGAN: Gatot (tengah) pengelola GT Mushroom yang mengawali proses perjuangannya dari karyawan hingga menjadi Raja Jamur Tiram.
Keberhasilan Gatot tidak hanya memberi manfaat bagi dirinya, tetapi juga berdampak positif bagi lingkungan sekitar. Saat ini, GT Mushroom mempekerjakan 12 karyawan tetap, semuanya merupakan warga lokal dari Kasomalang.
Tak hanya itu, GT Mushroom juga terbuka bagi pelajar dan mahasiswa yang ingin belajar mengenai budidaya jamur. Beberapa sekolah kejuruan seperti SMK 1 Kasomalang dan Stempert Subang mengirimkan siswa-siswinya untuk praktik kerja lapangan (PKL) di GT Mushroom. Sementara itu dari Perguruan tinggi dari IPB, Universitas Sebelasa April Sumedang, UNSUB juga ada yang buat tugas akhir.
“Siapa pun yang mau belajar, silakan datang langsung. Gratis. Kita terbuka untuk siapa saja yang mau serius belajar budidaya jamur,” kata Gatot.
GT Mushroom bukan sekadar nama. Gatot menyematkan namanya sendiri sebagai identitas dan brand lokal. Nama ini digunakan untuk membedakan produk jamurnya dari petani lain dan menjaga kualitas yang telah dipercaya oleh banyak pelanggan.
“GT itu singkatan dari Gatot. Kita jadikan brand supaya mudah dikenal dan tidak tertukar dengan petani lain. Konsumen jadi tahu kualitas jamur GT Mushroom seperti apa,” jelasnya.
Di akhir wawancara, Gatot memberikan pesan inspiratif bagi para pemuda yang ingin terjun ke dunia wirausaha. Ia mendorong generasi muda untuk tidak takut mencoba, sekalipun harus dimulai dari bawah dan melalui tantangan yang berat.
“Yang penting mulai dulu. Jangan takut gagal. Modal bisa dicari, pengalaman bisa didapat, asal ada kemauan dan kerja keras. Dan jangan malu bertani, jangan malu berwirausaha dari hal kecil,” pesannya.(hdi/ysp)