SUBANG DOELOE: Menoleh Kejayaan Perusahaan Perkebunan P&T Lands

SUBANG DOELOE: Menoleh Kejayaan Perusahaan Perkebunan P&T Lands

SEJARAH: Kantor P&T Lands yang belakangan dikenal sebagai Hotel Plaza di Subang.

SUBANG-Kabupaten Subang erat kaitannya dengan P&T Lands atau Pamanoekan en Tjiasemlanden. Namun, masih banyak warga Subang yang belum mengetahui apa nama itu sebenarnya. 

Dosen Pendidikan Sejarah Institut Pangeran Dharma Kusuma Anggi Arismunandar Junaedi, S.Pd., M.Hum menjelaskan, P&T Lands atau Pamanoekan en Tjiasemlanden adalah nama yang merujuk pada perusahaan sekaligus wilayah administratif yang hari ini disebut Kabupaten Subang. 

Perusahaan ini dimulai pada tahun 1813 saat James Sharpnell membeli Persil 3 (Kab. Ciasem) dan Persil 4 (Kab. Pamanoekan). Sharpnell kemudian menyatukan dua kabupaten tersebut menjadi satu wilayah administratif. 

"Nama itu (Pamanoekan en Tjiasemlanden) terus dipakai sampai Indonesia Merdeka. Hanya saja tidak menunjukkan dua hal tadi (Persil 3 dan Persil 4), terutama setelah merdeka. Hanya nama perusahaan saja sampai akhir 1970an," ucapnya. 

BACA JUGA: 100 Hari Bupati dan Wakil Bupati Subang: Masih Sibuk Seremonial DPRD Minta Fokus pada Janji Politik

Pamanoekan en Tjiasemlanden merupakan perusahaan perkebunan  berbagai komoditas, diantaranya seperti kopi, teh, karet, tebu, kina, sisal, dan lainnya. 

Kontribusinya paling terasa di masa P.W. Hofland. Sejak ia menjadi tuan tanah, 1848, dapat dikatakan bahwa ia tidak hanya fokus pada eksploitasi wilayah Subang saja, mengingat tidak pernah ada perlawanan di masanya. 

"Yang ada, beberapa tesis dari Mahmoed Efendhie, Iim Imadudin, dan hasil penelitian saya sejak 2015, mengatakan bahwa P.W. Hofland merupakan seorang yang filantropi. Ia tidak hanya butuh harta, tapi juga butuh prestige. Akhirnya, rakyat diberikan kesejahteraan di masanya. Hal ini setidaknya terus bertahan hingga awal abad ke-20, meskipun Hofland meninggal di tahun 1872," ucapnya. 

Sepeninggal Hofland, jumlah produksi kopi terus meningkat dan dikelola anak-anaknya. Bahkan, pada tahun 1888 jumlah produksi kopi lebih besar dari Priangan. 

BACA JUGA: Apresiasi dan Kritik Kinerja 100 Hari Bupati Reynaldy dan Wabup Agus Masykur

"Produksi Subang 356.000 ton kopi, sementara Priangan 170.000 ton kopi," ucapnya. 

Hofland juga merupakan orang yang memindahkan pemerintah P n T dari Tenggeragung ke Kota Subang. 

Memori kolektif masyarakat Subang yang selalu mengatakan "tuan hofland" menjadi salah satu bukti begitu rakyat Subang mendapat kontribusi yang nyata darinya. 

"Di masa revolusi pun, patungnya tidak dirusak para pejuang. Kalau mereka menganggap Hofland sebagai penjajah maka patung tersebut harusnya dirusak sebagai simbol penjajahan," ucapnya. 

Semenjak tahun 1920, tanah Pamanoekan en Tjiasemlanden berada di bawah kepemilikan Anglo-Dutch Plantation of Java Limited sebelum akhirnya dinasionalisasi.(fsh/ysp) 


Berita Terkini